F Rahasia Uang (4), Belajar dari Orang Cina

Rahasia Uang (4), Belajar dari Orang Cina


Uthlubul ‘ilma wa lau bish shin, carilah ilmu walau sampai ke negeri Cina (Pepatah arab)

Jauh sebelum portugis menguasai perdagangan Selat Malaka, negara China sudah jauh berkembang dan menjadi peradaban dunia, bersama Yunani , Persia , Romawi bahkan orang-orang dari negri Syam dan Hijaz berdatangan menimba ilmu perdagangan dunia, alih-alih menguasai justru kalah bersaing dengan warga pribumi. Orang-orang Cina justru telah menguasai pasar yang sangat besar baik dagang maupun pengobatan.

Itu sebabnya Cina menjadi negara paling ditakuti sekarang, tidak ada yang berani mengusik negri panda ini, ekonomi dunia berada ditangan mereka, keturunan mereka tersebar ke seluruh dunia dan memiliki pengaruh uang dan kekuasaan di negrinya masing masing. Tidak heran jika mereka ahli di bidangnya sendiri menguasai hampir seluruh fungsi dan akar negara, dari mulai Pahlawan, Presiden sampai wartawan  lihat di sini dikarnakan nenek moyang mereka telah ditempa 4000 tahun lebih berada dalam kesulitan, kesusahan, keprihatinan.

Dalam simbol tionghoa, uang dilambangkan dua buah tombak dengan satu batang emas, tombak pertama diartikan perang batin, kedua diartikan perang lahir, jika sudah menguasai keduanya maka dia akan mendapatkan tombak emas yang dilambangkan sebagai kemakmuran. Setelah kemenangan perang badar, para sahabat bersuka cita, Nabi mengajarkan, jihad utama bukan jihad menggunakan pedang, tapi jihad berperang melawan hawa nafsu dalam hati.

Bagi mereka yang memahami rahasia uang, kekayaan tidak diukur dari seberapa banyak harta yang dikumpulkan, tapi seberapa banyak kita memberi. Sebelum memahami rahasia uang dengan segala trik dan analoginya, lebih indah jika kita menerapkan dahulu penataan batin agar bersih dari segala macam kotoran penyakit tamak, sombong, lemah, putus asa dll. Menjadikan diri penuh energi, semangat tak kenal letih dan selalu berharap akan ide dan inovasi walaupun seribukali jatuh bangkrut.

Kenapa orang-orang Cina bisa menjadi makmur? Kuncinya bukan pada trik dan metodenya, tapi lebih kepada gaya hidup mereka yang begitu sederhana.

Orang Cina semenjak kecil diajarkan menabung, bila ayahnya seorang pedagang, anak dan istrinya akan dibawa serta. Bila ayah meninggal, yang meneruskan perjuangan ekonominya istrinya sendiri, jika keduanya tidak ada, beralih kepada anaknya. Orang Cina selalu berinovasi, bila ayahnya pedagang kopi, anakanya memiliki pabrik kopi, tidak melulu menerima warisan uang orangtuanya tapi juga mengolah dan berinovasi dalam satu bidang disertai ide-ide kreatif disesuaikan jamannya.

Orang Cina memiliki etos kerja tinggi, dari pagi hingga malam tanpa bosan menjaga toko dan berdagang, bekerja keras, pantang untuk menyerah. Orang Cina selalu belajar dan mempelajari hal-hal baru, tak ada yang tidak bisa ditiru negara Cina, mobil motor handphone, semua mereka tiru bahkan dengan inovasi baru yang jauh lebih unggul ketimbang produk aslinya sendiri.

Orang Cina itu hemat, walau punya banyak uang mereka tidak suka membeli mobil baru bila mobil lama masih bisa dipakai, bahkan lebih mementingkan jalan kaki atau naik bus daripada naik mobil pribadi. Lebih baik makan ubi ketimbang makan roti tapi menghabiskan uang perusahaan. Orang Cina memiliki data keuangan yang rapih, berapa penghasilan perhari, berapa perbulan, maka uang yang mereka belanjakan tidak melebihi pemasukannya.

Orang Cina memiliki rasa persaudaraan jauh lebih tinggi ketimbang bangsa-bangsa lain, tidak mudah mendapatkan kepercayaan dari mereka kalau tidak ada rekomendasi dari teman atau keluarganya sendiri. Orang Cina mencintai keluarganya melebihi apapun di dunia, mereka lebih nyaman makan bersama istri dan anak ketimbang makan diluar bersama kawan dan partner kerja yang di sebut dinner, meting, makan malam, makan siang. Kalaupun makan direstoran, bila ada makanan tersisa, tak gengsi mereka bawa pulang. Sekecil apapun harta, mereka akan jaga dengan segenap jiwa, walaupun berupa satu koin uang.

Orang Cina tidak suka hidup mewah, walau mereka banyak uang, tidak sedikit yang menjadikan rumah diatas tokonya, hal ini bertujuan agar semua keluarganya juga terlibat dalam pusaran bisnis ayahnya. Orang Cina gemar menabung, bila penghasilan dagangnya lima puluh ribu perhari, yang mereka makan hanya sepuluh ribu, sisanya mereka tabungkan. Lebih baik hidup di dalam ruko tapi punya banyak uang daripada punya rumah mewah tapi banyak hutang.

Orang Cina gemar memberi, kalau berkunjung kerumah orang atau pertemuan selalu ditangan mereka ada plastik kresek berupa makanan atau hadiah hadiah tertentu untuk mereka bagi. Kalau kita pergi belanja ke toko orang Tionghoa, selalu ada hal-hal kecil untuk mereka bagi walaupun sekedar permen karet.

Masih banyak yang perlu kita pelajari dari budaya dan kebiasaan hidup orang tionghoa, kalau tasawuf adalah pembersihan hati dan hidup sederhana, maka kita perlu belajar kepada bangsa Cina, mereka lebih tasawuf ketimbang kita orang Jawa. Ironis, bangsa kita lebih banyak iri kepada harta orang Cina, harusnya kita iri kepada gaya hidup dan tradisi orang Cina yang pekerjakeras, gemar menabung dan cinta keluarga. Kita lebih terfokus pada kertas uang, tidak pada rahasia dibalik uang itu sendiri. (*)

Post a Comment

0 Comments