F Kisah Buraq dan Isra Mi'raj Muhammad Saw

Kisah Buraq dan Isra Mi'raj Muhammad Saw

ISRA’ MI’RAJ

Surat Al- Isra' mengawali ilustrasi perjalanan hamba-Nya yang termulia pada malam hari, berawal dari masjid al-Haram menuju Masjid al-Aqsha, hingga sampai Sidratil Muntahaز Malam bersejarah ini telah diabadikan dalam firman-Nya Q.S al-Isra' ayat 01
 
Artinya : “Maha suci Allah, yang telah memperjalankan hamba-Nya pada suatu malam dari Al Masjidil Haram ke Al Masjidil Aqsha yang telah Kami berkahi sekelilingnya agar Kami perlihatkan kepadanya sebagian dari tanda-tanda (kebesaran) kami. Sesungguhnya Dia adalah Maha mendengar lagi Maha mengetahui”.

Kata Subhana menunjukkan bahwa peristiwa yang terjadi pada diri nabi adalah sebuah perjalanan yang luar biasa, terlalu mulia untuk dapat dijangkau oleh akal manusia yang lemah dan terbatas. Karenanya sebagian orang quraisy semakin ingkar, dan karenanya pula Abu Bakar mendapat gelar as-Shiddiq. Sementara kata bi’abdihi menunjukkan bahwa beliau melaksanakan Isra’ dengan ruh dan jasadnya. Mayoritas ahli Tafsir, ahli Hadits, pakar teologi islam dan ahli Fiqh menyatakan bahwa peristiwa ini terjadi dalam keadaan terjaga dan hanya memakan waktu semalam.

Perjalanan Rasulullah ini merupakan tanda kekuasaan Allah yang nyata, Ia meng-Isra’kan beliau sesuai dengan kehendak-Nya, agar beliau nabi dapat melihat tanda-tanda kekuasaan-Nya nan agung tanpa batas. Didalamnya terdapat Ibrah bagi orang-orang yang berakal sempurna. Peristiwa ini menjadi petunjuk, rahmat, dan memperkuat keimanan bagi mereka yang beriman dan membenarkannya.

Peristiwa ini terjadi pada malam hari, dan masih terjadi silang pendapat diantara pakar sejarah mengenai tahun, bulan dan tanggal terjadinya. Shafiyurrahman al-Mubarakhfuriy menyebutkan dalam Rahiq al-Makhtumnya sebagai berikut :

Menurut at-Thabariy Isra' terjadi pada tahun tatkala Allah memuliakan beliau dengan Nubuwwah.

Al-Qurthubiy dan an-Nawawiy mengatakan, Isra' terjadi lima tahun setelah beliau diangkat sebagai Rasul.

Al-Allamah al-Manshurfuriy berpendapat, peristiwa ini tejadi pada malam tanggal dua puluh tujuh bulan Rajab tahun kesepuluh dari Nubuwwah.

Pendapat lain mengatakan, Isra' terjadi enam bulan sebelum hijrah, atau pada bulan Muharram tahun ketigabelas dari kenabian.

Ada juga yang berpendapat, Isra' terjadi setahun dua bulan setelah hijrah bulan Muharram tahun ketigabelas dari kenabian.

Dan yang lain berpendapat bahwa, peristiwa isra' terjadi setahun sebelum hijrah, pada bulan Rabiul Awwal tahun ketiga belas dari Nubuwwah.

Tiga pendapat yang pertama dianggap lemah dengan berbagai alasan yang disampaikan dalam kitab ar-rahiq al-Makhtum.

Sebelum perjalanan ini dimulai, Menurut sebagian riwayat Malaikat Jibril, Mikail dan malaikat yang lainnya membawa nabi Muhammad Saw. lalu menelentangkannya. Malaikat Jibril membelah dada nabi mulai dari tenggorokan hingga ke bawah perut. Malaikat Jibril berkata kepada Mikail, “berikan aku semangkuk air zam-zam untuk ku gunakan mensucikan hatinya.” Dengan hati-hati Jibril mengeluarkan hatinya nabi Muhammad solla Allahu ‘alihi wasallam, malaikat Jibril membasuhnya tiga kali dan memenuhinya dengan kebijaksanaan, pengetahuan, keyakinan dan keimanan. Kemudian menutup kembali dada nabi Muhammad solla Allahu ‘alihi wasallam dan memberi tanda kenabian di antara kedua bahu.

Beberapa peristiwa penting dalam perjalanan beliau dituangkan para sejarawan dalan berbagai referensi, diantaranya sebagaimana yang disampaikan ibnu Hisyam yang diriwayatkan Al-Hasan : suatu ketika nabi sedang tidur di al-Hijr, tiba-tiba datang  Malaikat Jibril mengusik nabi dengan telapak kakinya. Kemudian beliau terbangun, sambil duduk beliau tak melihat apapun, kemudian beliau kembali berbaring. Tak lama kemudian Malaikat Jibril datang dan mengusik beliau hingga berulang tiga kali, setelah beliau dalam posisi duduk, lengan beliau dipegang olehnya, beliau nabi mengikutinya. Kemudian beliau dan Malaikat Jibril keluar menuju pintu masjid, ternyata  disana terdapat hewan yang berwarna putih, posturnya diantara Himar dan Bighal. Diantara kedua paha kakinya terdapat dua sayap, dengan satu kali hentakan hewan ini dapat menempuh jarak sejauh mata memandang.

Buraq tersebut sangat sukar sekali untuk dikendalikan nabi, lantas Malaikat Jibril meletakan tangannya di atas tubuh binatang itu seraya berkata, “tidakkah engkau merasa malu wahai buraq atas perlakuanmu?, demi Allah, sebelumnya tidak ada seorang hamba Allah yang menunggangimu, sementara ia lebih mulia di sisi-Nya dibanding Muhammad solla Allahu ‘alihi wasallam”. Mendengar ucapan Jibril  Buraqpun merasa malu bahkan sampai mencucurkan keringatnya. Setelah Buraq terdiam nabi Muhammad solla Allahu ‘alihi wasallam menaikinya. Nabi Muhammad solla Allahu ‘alihi wasallam pergi dikawal Malaikat Jibril di sebelah kanan sedangkan Malaikat Mikail disisi lainnya menuju Baitul Maqdis. 

Dalam perjalanan ini baginda nabi Muhammad solla Allahu ‘alihi wasallam   diperintah oleh malaikat Jibril agar melakukan sholat di beberapa tempat suci : Madinah, Madain, dekat dengan pohon Nabi Musa as, bukit Thur-sina yakni tempat suci dimana Allah swt berfirman kepada  Nabi Musa as. dan terakhir Nabi Muhammad solla Allahu ‘alihi wasallam diperintah melakukan melaksanakan shalat di Bait Lahm tempat suci kelahiran Nabi Isa as. belaiu juga melihat tanda-tanda kekuasaan Allah swt.

Jibril berkata nabi “Turunlah dan Shalatlah di sana,” nabipun melaksanakannya. Setelah itu beliau naik kemabali ke Buraq. Jibril berkata kepada nabi “Tahukah engkau, wahai nabi di mana engkau shalat?”. Nabi menjawab “Tidak”. Jibril berkata “engkau shalat di Thayyibah (Madinah)” di tempat itulah tempat hijrah akan dilaksanakan.

Buraq melanjutkan perjalanan kembali kemudian singgah. Jibril memerintahkan nabi “turunlah dan lakukanlah shalat,” nabipun melakukannya. Jibril berkata “tahukah engkau di mana engkau shalat?.” Nabi menjawab “tidak.” Jibril berkata “engkau shalat di Madain di samping pohonnya nabi Musa.”

Perjalananpun dilanjutkan dan singgah pada suatu tempat. Jibril memerintahkan nabi “turunlah dan lakukanlah shalat,” nabipun melakukannya. Jibril berkata “tahukah engkau di mana engkau shalat?.” Nabi menjawab “tidak.” Jibril berkata “engkau shalat di Bukit Tursiana (sinai), tempat dimana Allah berfirman kepada Musa.”

Kemudian nabi sampai pada sebuah istana Syam. Jibril memerintahkan nabi “turunlah dan lakukanlah shalat,” nabipun melakukannya. Perjalanan dilanjutkan kembali kemudian singgah. Jibril berkata “tahukah engkau di mana engkau shalat?.” Nabi menjawab “tidak.” Jibril berkata “engkau shalat di baitlehem (palestina), tempat dilahirkan Isa bin Maryam.”

Bersamaan nabi melanjutkan perjalanan tiba-tiba Jin 'Ifrith mengikuti nabi dengan membawa obor. Ketika nabi menolehnya, nabi melihatnya. Jibril berkata kepada nabi “tidak inginkah saya ajarkan kepadamu beberapa do'a yang ketika diucapkan maka obornya mati dan terjungkal.” Rasulullah saw berkata “ya.” Jibril berkata “katakanlah Saya berlindung dengan Dzat Allah yang maha mulia dan dengan kalimat-kalimat-Nya yang sempurna.” nabi Muhammad solla Allahu ‘alihi wasallam membacanya, maka padamlah obor 'Ifrit tersebut.

Nabi Muhammad solla Allahu ‘alihi wasallam dengan di kawal malaikat Jibril as melanjutkan perjalanan kembali sehingga mereka menjumpai segolongan orang yang menanam dan pada hari itu juga mereka memanennya dan terus menerus semacam itu. Nabi bertanya “wahai jibril ini apa?” jibril menjawab “mereka adalah orang-orang yang mati sahid membela agamanya Allah. Bagi mereka akan dilipatgandakan kebaikannya sebanyak tujuh ratus lipat. Sesuatu yang mereka shadaqohkan maka Allah akan membalasnya.”

Setelah itu nabi mencium bau harum semerbak. Nabi berkata “wahai Jibril, bau apa ini?.” Jibril menjawab “ini adalah ganda harumnya Siti Masyithah dan anak-anaknya”. Kemudian nabi menjumpai kaum yang sedang memecahkan kepala mereka sendiri, lalu kembali seperti sedia kala dan terus menerus melakukaan hal itu. Nabi berkata “wahai Jibril, siapa mereka?.” Jibril menjawab “mereka adalah orang-orang yang enggan melakukan shalat wajib.”

Kemudian nabi bertemu dengan sekelompok kaum yang compang-camping yang diseret-seret sebagimana diseret-seret oleh unta dan kambing, mereka memakan kayu dan Zaqum (sejenis tumbuhan berduri) seraya dipanggang oleh neraka jahannam besertaan kayunya. Rasul berkata “siapa mereka?” Jibril berkata “mereka adalah segolongan orang yang tidak menafkahkan hartanya dan berbuat dzalim terhadap apa-apa yang telah diberikan Allah”.

Kemudian nabi bertemu dengan sekelompok manusia. Di samping mereka terdapat daging yang masak di kuali dan daging lainnya mentah yang menjijikan. Kemudian mereka makan daging yang mentah dan menjijikan. Mereka meminta daging yang matang dan enak. Nabi berkata “siapa ini, wahai jibril?.” jibril menjawab “ini adalah laki-laki umatmu yang sebenarnya memiliki isteri yang halal, tetapi ia mendatangi wanita lain kemudian dia bermalam di situ hingga pagi. begitu juga ini adalah wanita umatmu yang memiliki suami yang halal tetapi ia mendatangi pria yang lain kemudian dia bermalam hingga pagi di situ.”

 Setelah itu nabi melanjutkan kembali dan menemukan sepotong kayu di jalan yang menghalangi, tidak ada sesuatu (pakaian) apapun yang bisa melewatinya kecuali pasti akan robek. Nabi bertanya “wahai Jibril ini apa?” Jibril menjawab “ini adalah perumpamaan beberapa kaummu yang duduk-duduk di jalan kemudian mereka merampok  setiap orang yang melewatinya.” Nabipun melanjutkan perjalanan kembali dan nabi melihat seorang laki-laki berenang di sungai darah yang dilempari batu, kemudian nabi berkata “siapa ini wahai Jibril?” Jibril menjawab “ini adalah perumpamaan pemakan riba.”

Kemudian nabi mendapati seorang mengumpulkan seikat kayu yang tidak mampu dia bawa. Tetapi beban tersebut tidak dikurangi malah dia menambahkannya terus, nabi bertanya “siapa ini, wahai Jibril?,” Jibril menjawab “ini adalah seseorang dari golongan umatmu yang dipercaya memegang amanat manusia yang tidak mampu ia laksanakan tetapi ia menerima amanat yang lain.”

 Nabipun bertemu kaum yang menggunting lidah dan bibir mereka sendiri dengan menggunakan guting besi. Tatakala telah putus maka dikembalikan kembali seperti sedia kala dan terus menerus seperti itu. Nabi bertanya “siapa mereka wahai jibril?” Jibril menjawab “mereka adalah penyebar fitnah dan orang-orang ahli pidato dari umatmu, mereka mengatakan terhadap apa-apa yang tidak mereka lakukan.” Nabi juga bertemu kaum yang memiliki kuku yang terbuat dari tembaga. Mereka mencakar wajah dan dada mereka sendiri dengan kukunya, kemudian nabi berkata “siapa mereka, wahai Jibril?” jibril menjawab “mereka adalah orang-orang yang memakan daging-daging manusia dan memfitnahnya.” Nabi juga menemukan sebuah lubang kecil yang mengeluarkan sapi yang besar kemudian sapi tersebut menginginkan kembali lagi ke tempat semula maka iapun tidak mampu. Nabi bertanya : “apa ini wahai Jibril?” Jibril menjawab “ini adalah seseorang dari umatmu yang sombong dalam berkata-kata, kemudian ia merasa menyesal maka orang tersebut tidak mampu untuk mengembalikannya.”

Sesaat kemudian nabi berjalan, tiba-tiba ada orang-orang yang memanggil dari sisi kanan nabi “wahai Muhammad, saya mohon lihatlah saya?” kemudian nabi tidak menyahutnya. Nabi bertanya “siapa ini, wahai Jibril?” Jibril menjawab “ini adalah orang Yahudi. Jika engkau memenuhi panggilannya maka niscaya umatmu akan menjadi orang-orang Yahudi.”

Kemudian nabi berjalan kembali, tiba-tiba ada orang yang memanggil dari sebelah kiri nabi “wahai Muhammad, saya mohon lihatlah aku ?” nabi tidak menjawabnya. Kemudian nabi bertanya “apa ini wahai jibril?” Jibril menjawab “ini adalah orang Nasrani, jika engkau menjawabnya maka niscaya umatmu akan menjadi orang-orang Nasrani.”

Sesaat kemudian nabi berjalan, tiba-tiba bertemu dengan seorang wanita yang terbuka hastanya dan dipenuhi dengan perhiasan. Kemudian berkata “wahai Muhammad, saya mohon lihatlah aku” nabi tidak menolehnya, kemudian nabi berkata “siapa ini, wahai Jibril?” Jibril menjawab “itu adalah dunia, sesungguhnya jika engkau menjawabnya maka niscaya umatmu memilih dunia dari  pada akhirat”.

nabi Muhammad solla Allahu ‘alihi wasallam pun berjalan kembali, tiba-tiba bertemu dengan orang tua renta, dia bersungguh memanggil nabi dari jalan, dia mengatakan “kemarilah wahai Muhammad?” Jibril berkata “teruslah berjalan wahai Muhammad.” Nabi bertanya “siapa dia, wahai Jibril?.” Jibril menjawab “dia adalah musuh Allah, Iblis. Dia menghendaki kamu berpaling padanya.”

Nabipun melanjutkan perjalanannya. Ketika berjalan nabi bertemu dengan orang tua renta di pinggir jalan. Dia berkata “wahai Muhammad, saya mohon lihatlah aku?” nabi tidak menghiraukannya. Nabi bertanya “siapa dia, wahai Jibril?” Jibril berkata “sesungguhnya kehidupan di dunia tidaklah kekal melainkan hanyalah kehidupan seseorang tua renta.”

Kemudian nabi melanjutkan perjalanan sehingga nabi sampai pada sebuah kota, Bait al-Muqoddas. Nabi masuk dari pintu al-Yamany. Kemudian nabi turun dari buraq dan mengikatnya di pintu masjid sebagaimana yang dilakukan nabi-nabi sebelumnya. Satu riwayat menyebutkan, Jibril mendatangkan batu besar kemudian meletakan jemarinya maka batu tersebut berlubang dan mengikatnya. Nabi masuk Masjid dari pintu searah dengan matahari dan bulan kemudain nabi dan Jibril melakukan shalat dua rakaat. Kemudian nabi istirahat sebentar hingga berkumpul manusia. Kemudian mua’adzin mengumandangkan adzan dan shalatpun didirikan. Mereka kemudian berdiri membentuk  barisan menanti seseorang yang mengimami. Jibril meraih tangan nabi dan mempersilahkannya, kemudian nabi shalat dua rakaat bersama mereka.

Ketika selesai, Jibril berkata “wahai Muhammad, apakah engkau tahu siapa orang yang shalat di belakangmu?” Nabi berkata “tidak.” Jibril berkata “orang yang shalat di belakngmu adalah seluruh nabi yang yang telah diutus Allah.” Kemudian seluruh nabi memujinya dengan pujian yang baik. Nabi berkata “kalian semua telah memujiku dan saya memuji Tuhanku.” Kemudian disyariatkan mengucapkan

الحمد لله الذي ارسلني رحمة للعالمين وكافة للناس بشيراونذيرا

“segala puji bagi Allah yang telah mengutusku sebagai Rahmat bagi seluruh alam dan sebagai pembawa berita gembira dan ancaman pada seluruh manusia”.

Allah telah menurunkan kepada-ku al-Qur'an sebagai penjelas berbagi hal, menjadikan umatku sebaik-sebaiknya umat mengecualikan manusia, menjadikan umatku sebagai penengah, menjadikan umatku orang-orang yang terdahulu dan orang-orang yang akhir, melapangkan hatiku, menghilangkan bebanku, meninggikan derajatku dan menjadikanku pembuka dan penutup. Nabi Ibrahim berkata “ini adalah keutamaan kalian semua, Muhammad dan nabi menanggung orang-orang yang haus.”

Setelah itu, malaikat Jibril memberikan tiga bejana yang berisi arak, air dan susu kepada baginda nabi Muhammad solla Allahu ‘alihi wasallam. Beliau bersabda, ”Saya mendengar ada seseorang mengatakan, ’jika Muhammad mengambil air maka ia dan umatnya akan tenggelam, jika Muhammad mengambil arak, niscaya ia dan umatnya akan sesat dan jika muhammad mengambil bejana yang berisi susu, maka pastilah Muhammad  beserta ummatnya mendapatkan petunjuk’”. Aku mengambil gelas yang berisi susu, lalu aku meminumnya. Malaikat jibril berkata kepadaku, “engkau mendapatkan petunjuk. Umatmu juga mendapatkan petunjuk, wahai Muhammad”.

Setelah itu nabi Muhammad saw mendapatkan karunia  yang belum diberikan pada siapapun, beliau nabi Muhammad Sollallahu ‘Alaihi Wasaallam bersama malaikat Jibril as naik ke langit yang pertama,  setelah sampai di pintu langit, malaikat Jibril as. Minta izin agar pintu langit pertama dibuka. Penjaga langit pertama balik bertanya, "siapa ini?" Malaikat Jibril as. Menjawab, "saya adalah Jibril," Penjaga langit pertama bertanya lagi,"siapakah seseorang yang bersamamu ini?" Malaikat Jibril, ”saya bersama dengan Muhammad”. Penjaga langit pertama, ”apakah Muhammad telah diangkat menjadu rasul utusan Allah?". Jibril menjawab, ”ya, Muhammad telah diangkat sebagai utusan Allah".

Nabi Muhammad Sollallahu ‘Alaihi Wasaallam bersama Malaikat Jibril as.  dipersilahkan masuk, beliau bertemu dengan Nabi Adam as. Nabi Adam as.  mengucapakan salam dan menyambut nabi dengan senag hati seraya mengatakan, "selamat datang, senang bertemu dengan anak dan nabi suci." Nabi bertanya, ”wahai Jibril, siapakah orang ini?".

Malaikat Jibril as. menjawab, "dia adalah ayahmu, adam as. Sesuatu yang tampak kehitam-hitaman itu adalah anak cucunya. Nabi Adam selalu tersenyum bahagia ketika melihat kearah kanan, karena nabi Adam as melihat anak cucunya yang yang tergolong ahli surga, Tetapi ketika dia melihat sisi kirinya maka nabi Adam menitikan air mata, karena melihat anak cucunya yang akan dimasukan ke neraka”.


KISAH MI’RAJ

Ibnu Kastir menyebutkan. Kala beliau nabi telah selesai melaksanakn ritual ibadah di Bait al-Muqaddas, lantas disediakanlah sebuah tangga yang menjulang tinggi kelangit. Dengan perantara tangga tertsebut beliau menuju langit ketujuh. Beliau naik kelangit tidak menggunakan Buraq, sebagaimana yang telah difahami sebagaian sejarawan. Namun, kala beliau mi’raj Buraq masih diikat didepan pintu masjid agar nabi Muhammad saw dapat menggunakannya kala beliau hendak kembali mnuju Madinah.

Pada malam itu pula, dari Baitul Maqdis beliau naik dari langit dunia bersama Jibril. Kemudian Jibril meminta izin agar dibukakan, maka pintu langit dibukakan. Disana beliau melihat Nabi Adam as. bapak sekalian manusia. Kemudian beliau mengucapkan salam, Nabi Adam menyambut kedadatangan sekaligus menjawab salam beliau dan menetapkan kenabiannya. Allah memperlihatkan ruh-ruh orang yang beruntung disebelah kanan, dan ruh orang-orang yang celaka disebelah kiri.

Kemudian naik lagi kelangit kedua. Malaikat Jibril meminta izin bagi beliau. Setelah dibukakan beliau melihat Nabi Yahya ibn Zakariya dan Nabi Isa as ibn Maryam disana. Setelah bertemu, beliau mengucapkan salam, dan mereka berdua menjawabnya, menyambut kedatangan beliau dan menetapkan Nubuwah beliau.

Lalu naik lagi ke langit ketiga, disana beliau melihat Nabi Yusuf as. Beliau mengucapkan salam dan nabi yusuf menjawabnya, menyambut kedatangan beliau dan menetapkan Nubuwahnya.

Kemudian naik lagi kelangit keempat. Disana beliau melihat nabi idris as. Beliau mengucapkan salam dan nabi idris as. menjawabnya, menyambut kedatangan beliau dan menetapkan Nubuwahnya.

Lantas naik lagi kelangit kelima. Disana beliau melihat nabi Harun as. Ibn Imran as. Beliau mengucapkan salam dan Nabi Harun menjawabnya, menyambut kedatangan beliau dan menetapkan Nubuwahnya.

Kemudian naik lagi kelangit keenam. Disana beliau melihat nabi Musa ibn Imran, Beliau mengucapkan salam dan nabi Musa menjawabnya, menyambut kedatangan beliau dan menetapkan Nubuwahnya. Ketika nabi Muhammad saw akan berlalu darinya, maka Nabi Musa menangis. “Mengapa engkau menangis?” ditanyakan kepadanya. Nabi Musa menjawab “Aku menangis karena ada seorang pemuda yang diutus sesudahku, yang masuk surga bersama umatnya dan lebih banyak daripada umatku yang masuk kesana.”

Kemudian nabi naik lagi kelangit ketujuh. Disana beliau melihat nabi Ibrahim as. Beliau mengucapkan salam dan nabi Ibrahim as menjawabnya, menyambut kedatangan beliau dan menetapkan Nubuwahnya.

Kemudian beliau kembali ke Sidratul Muntaha, lalu dibawa naik lagi ke al-Baitul Makmur. Kemudian menghadap Allah yang Maha perkasa. Lalu Allah swt mewahyukan apa yang diwahyukan kepada hamba-Nya. Allah swt mewajibkankepada beliau shalat lima puluh kali. Beliau kembali lagi hingga bertemu nabi Musa as. “Apa yang diperintahkan kepadamu?” tanya nabi Musa as. “shalat lima puluh kali,” jawab beliau. “sesungguhnya umatmu tidak akan sanggup melakukannya. Kembalilah! dan mintalah keringanan pada-Nya bagi umatmu”, kata nabi Musa as.

Beliau memandang kearah Malaikat Jibril as meminta pendapatnya. Maka malaikat Jibril mengisyaratkan, dengan berkata, ”Itu benar, jika memang engkau menghendaki.”

Bersama Malaikat Jibril as Beliau menghadap kembali kepada Allah swt Yang Maha Perkasa. Begitulah yang disebutkan dalam riwayat dalam riwayat Al-Bukhari. Jumlah shalat itu dikurangi sepuluh. Kemudian beliau turun hingga bertemu nabi Musa as dan menyampaikan kabar kepadanya. “kembalilah lagi menemui Rabb-mu dan mintalah keringan kepada-Nya,” kata nabi Musa as. Begitulah beliau mondar-mandir menemui nabi Musa as. dan Allah Azza wa jalla, hingga sholat itu di tetapkan lima kali. Sebenarnya nabi Musa as. Menyuruh beliau kembali lagi menemui Allah swt. Dan meminta keringanan. Namun beliau bersabda, ”aku malu kepada Rabb-ku. Aku sudah rela dan bisa menerimanya.” Setelah beberapa saat, ada seruan yang terdengar, “kewajiban dari-Ku [ Allah swt ] telah Ku tetapkan dan telah kuringankan bagi hamba-Ku.”

Pada malam itu telah ditampakkan berbagai tanda kekuasaan-Nya dan berbagai hal yang luar biasa. Andaikata yang menyaksikan peristiwa tersebut bukanlah beliau Nabi Muhammad Saw, maka orang tersebut akan mengalami hal yang sangat dahsyat dan menjadi gila karenanya. Namun, lain halnya dengan beliau yang telah menyaksikan pelbagai hal yang amat sangat luar biasa. Beliau justeru menjadi tenang.

Pada awalnya beliau khawatir untuk memulai. Namun kemudian beliau mencoba menyampaikan hal ini pada kaumya sesuai dengan apa yang telah beliau alami pada perjalanan malam itu. Namun sebagian besar kaum beliau justeru mengingkari dan mendustakannya.

Pewartaan perihal isra’ dan Mi’rajnya beliau sampaikan secara bertahap. Pada awalnya beliau menyampaikan bahwa, beliau telah tiba di Bait al-Muqaddas pada malam itu. Dan orang yang diberitahu beliau adalah Abu Jahal Laknatullah Alaih. Ia melihat beliau sedang duduk santai di Masjid. kemudian Abu Jahal bertanya pada beliau “Apakah engkau membawa berita?” “ia” jawab nabi. “apa itu?” ia melanjutkan. Nabi menjawab “tadi malam malam aku telah diperjalankan Allah kebait al- Muqaddas” “ke Bait al-Muqaddas?” Abu jahal bertanya dengan nada heran tak percaya. “ia” dengan tegas beliau menjawabnya.  Abu Jahal melanjutkan “apakah engkau hendak menyampaikan apa yang telah engkau sampaikan padaku ini kepada kaummu jika aku memanggil mereka?” “benar” jawab beliau.


Mendengar jawaban beliau, Abu Jahal bermaksud memanggil kaum Quraisy agar mereka dapat mendengar berita ini dari beliau. Sementara beliau ingin menyampaikan hal ini pada kaumnya sebagai menifestasi atas tugasya menyampaikan risalah. “wahai kaum Quraisy! Kemarilah” mendengar panggilan Abu Jahal, sontak semua orang sama berkumpul. Tak lama kemudian ia berkata pada Nabi “sampaikanlah apa yang telah engkau sampaikan padaku”.

Rasulullah menyampaikan apa yang telah beliau lihat saat isra’ Mi’raj bahwa beliau telah datang di Bait al-Maqdis pada malam itu beliau melaksanakan Shalat disana. Diantara mereka terdapat Orang-orang yang bertepuk tangan dan bersiul mendustakannya dan menganggap tidak mungkin terhadap apa yang telah dikhabarkan oleh beliau nabi. Hingga pada akhirnya berita ini berhembus ke Makkah.

Kemudian para penduduk datang kepada sahabat Abu Bakar sembari mengatakan “Muhammad telah mengatakan demikian…..”. Mendengar cerita tersebut ia berkata “Sungguh kalian berdusta atas nama Muhammad” “demi Allah ia (Muhammad telah mengatakannya)” mereka menjawab “jika ia memang telah mengatakan hal itu, maka sesungguhnya ia telah berkata jujur”. Ia berada dalam keraguan dan rasa percaya.

Kemudian sahabat Abu Bakar datang menemui beliau yang sedang dikelilingi orang Quraisy. Lantas Abu Bakar bertanya pada beliau tentang kebenaran berita tersebut. Kemudian nabi menceritakan semuanya dan beliau menceritakan cirri-ciri Bait al-Muqaddas agar orang Qurasiy mendengar dan mempercayai apa yang telah beliau sampaikan pada mereka. Dalam kitab Shahih disebutkan bahwa yang bertanya adalah orang kafir quraisy bukan sahabat Abu Bakar. Kamudian beliau berkata “lantas aku menceritakan pada mereka tentang tanda kekuasaan-Nya namun sebagian peristiwa dan sebagian yang lain nampak samar dan kurang jelas olehku. Kemudian Allah menampakkan Bait al-Muqaddas pada beliau sehingga beliau dapat melihatnya dengan jelas dan menceritakan hal itu pada mereka. Bahkan aku seolah-olah melihatnya didekat rumah Uqail. Lantas aku menyampaikannya pada orang Musyrik. Abu bakar mengatakan “hal ini benar adanya”.

Ibnu ishaq menuturkan bahwa Nabi Muhhammad Saw telah melalui onta kaum Qurasiy yang menghilang dan beliau sempat meminum air dalam bejana kala dalam perjalanan Isra’. Dan hal ini merupakan hujjah dari Allah yang tak terbantahkan melalui nabinya. Oleh karenanya menjadi kufurlah orang yang mengingkarinya, dan berimanlah orang yang telah meyakininya. Sebagaimana yang telah difirmankan Allah dalam Surat al-Isra’ ayat 60

وَمَا جَعَلْنَا الرُّؤْيَا الَّتِي أَرَيْنَاكَ إِلَّا فِتْنَةً لِلنَّاسِ

Artinya : “dan tidak aku jadikan apa yang telah engkau saksikan kecuali ujian pada manusia”



**Sumber tulisan:

Buku "Lentera Kegelapan"
Sejarah Kehidupan Nabi Muhammad Saw
Karya Legendaris Siswa Tamatan Lirboyo 2010

Post a Comment

0 Comments