Para ulama Sufisme dan Shufiyah telah menemukan cara untuk mencapai tingkat tertinggi dari shufiyah, atau ma'rifatullah. Untuk mencapai ma'rifatullah ini, setiap ulama shufiyah menempuh jalan yang berbeda. Ma'rifatullah adalah tingkat pencapaian al-haqiqah.
Namun, itu tidak berarti bahwa thariqat harus dirahasiakan sehubungan dengan ma'rifatullah dan kemudian harus menempatkan dirinya dalam ibadah batiniyah. Namun, untuk mencapai tingkat thariqat ma'rifatullah, seorang siswa juga harus dapat menjangkau dengan belajar langsung dengan Syekh mursyid.
Syekh yang saleh biasanya suka mengajar dan mendidik masyarakat untuk memimpin para pemuja Uluhiyah yang murni dan setia kepada Nabi.
Imam al-Ghazaly berkata: "Dia yang bijak dan mempraktikkan dan mengajarkan ilmunya, dia adalah salah satu dari mereka yang memiliki reputasi baik di kerajaan surga. Dia telah membuat harum nama Allah. Aroma yang aromanya menyebar di sekitarnya. "
Ketika seorang guru (da'i) terus-menerus mengajarinya untuk berada dalam suasana yang agung dan suci. Karena itu, seorang da'i atau guru yang mengajarkan Islam harus selalu menjaga kemurnian dan sikapnya. Yang lain berjalan di jalur Zikrullah dengan memperingati ibadah, seperti membaca Al-Quran, membaca tasbih, dan tahlil. Metode ini diterapkan oleh para siswa murni (egosentrisme hanya untuk ibadah), termasuk jalan yang telah diambil oleh orang-orang benar.
Cara lain adalah mengabdikan diri kepada ulama Fiqh, atau sufi atau ulama Muslim pada umumnya. Cara belajar, dan mengajar seperti ini sangat penting dan lebih penting. Karena tindakan tindakan tersebut termasuk praktik mursalah (kenabian-pesan dari nabi), karena itu juga layak diikuti.
Sayyid Abdul Qadir Jailany RA berkata: "Saya tidak hanya akan mencapai ma'rifatullah dengan qiyamullail, atau berpuasa sepanjang hari. Tetapi bagi ma'rifatullah saya juga melakukan praktik doa murni, seperti kemurahan hati dan belas kasihan ke semua manusia, (selain) menyembah Allah juga membantu orang lain, termasuk berusaha mencari nafkah, seperti menemukan kayu bakar di hutan, menjualnya dan memberikannya kepada masyarakat, untuk mencapai kebesaran Allah ".
Namun, itu tidak berarti bahwa thariqat harus dirahasiakan sehubungan dengan ma'rifatullah dan kemudian harus menempatkan dirinya dalam ibadah batiniyah. Namun, untuk mencapai tingkat thariqat ma'rifatullah, seorang siswa juga harus dapat menjangkau dengan belajar langsung dengan Syekh mursyid.
Syekh yang saleh biasanya suka mengajar dan mendidik masyarakat untuk memimpin para pemuja Uluhiyah yang murni dan setia kepada Nabi.
Imam al-Ghazaly berkata: "Dia yang bijak dan mempraktikkan dan mengajarkan ilmunya, dia adalah salah satu dari mereka yang memiliki reputasi baik di kerajaan surga. Dia telah membuat harum nama Allah. Aroma yang aromanya menyebar di sekitarnya. "
Ketika seorang guru (da'i) terus-menerus mengajarinya untuk berada dalam suasana yang agung dan suci. Karena itu, seorang da'i atau guru yang mengajarkan Islam harus selalu menjaga kemurnian dan sikapnya. Yang lain berjalan di jalur Zikrullah dengan memperingati ibadah, seperti membaca Al-Quran, membaca tasbih, dan tahlil. Metode ini diterapkan oleh para siswa murni (egosentrisme hanya untuk ibadah), termasuk jalan yang telah diambil oleh orang-orang benar.
Cara lain adalah mengabdikan diri kepada ulama Fiqh, atau sufi atau ulama Muslim pada umumnya. Cara belajar, dan mengajar seperti ini sangat penting dan lebih penting. Karena tindakan tindakan tersebut termasuk praktik mursalah (kenabian-pesan dari nabi), karena itu juga layak diikuti.
Sayyid Abdul Qadir Jailany RA berkata: "Saya tidak hanya akan mencapai ma'rifatullah dengan qiyamullail, atau berpuasa sepanjang hari. Tetapi bagi ma'rifatullah saya juga melakukan praktik doa murni, seperti kemurahan hati dan belas kasihan ke semua manusia, (selain) menyembah Allah juga membantu orang lain, termasuk berusaha mencari nafkah, seperti menemukan kayu bakar di hutan, menjualnya dan memberikannya kepada masyarakat, untuk mencapai kebesaran Allah ".
0 Comments