F (2) Kisah Dakwah Nabi Muhammad, Dakwah Terang-Terangan

(2) Kisah Dakwah Nabi Muhammad, Dakwah Terang-Terangan


AWAL DIWAJIBKANNYA SHOLAT

Pada awalnya yang sholat yang difardlukan sebanyak 2 raka'at setiap sholat. Kemudian Allah menyempurnakan menjadi empat raka'at saat berada di rumah dan menetapkan 2 raka'at untuk sholat yang dikerjakan dalam perjalanan.

Setelah nabi mendapatkan perintah sholat, malaikat Jibril datang kapada beliau(ketika itu nabi sedang berada di bukit kota Makkah),  untuk mengajari tata cara melaksankan sholat. Malaikat Jibril menekan tumitnya pada satu  sudut dari jurang. Tiba-tiba mengalirlah sumber air yang digunakan malaikat Jibril untuk melaksanakan wudlu agar nabi melihatnya dan bisa menirunya. Setelah malaikat jibril selasai maka nabi berwudlu seperti yang telah dilakukan oleh malaikat Jibril. Kemudian Nabi melakkukan Sholat bersama malaikat Jibril.

Nabi lantas mendatangi Sayyidah Khodijah ra untuk mengajari tata cara malaksanakan wudlu. Sesampai di rumahnya nabi berwudlu seperti  yang diajarkan oleh malaikat Jibril agar Khodijah menirukannya. Setelah Khodijah berwudlu seperti yang telah diajarkan oleh nabi, kemudian ia melaksanakan sholat bersama-sama dengan nabi.



DAKWAH TERANG-TERANGAN

Sebelum Nabi Saw berdakwah secara terbuka kepada seluruh umat, beliau melakukannya secara sembunyi-sembunyi. beliau menjadikan rumah Al-Arqom sebagai pusat kegiatan dakwah. Di dalam rumah ini Nabi saw mengajarkan ajaran-ajaran Islam kepada seluruh kaum muslim. beliau memulai pengajaran ketika kaum muslim telah berkumpul lebih dari tiga puluh orang.

Sedangkan Sahabat-sahabat Nabi Saw tidak berani menampakkan ibadahnya, karena takut pada orang-orang Quraisy. Ketika akan melaksanakan sholat, mereka pergi menuju celah bukit untuk bersembunyi. Suatu ketika, Sa'ad Ibn Abi Waqos dan sahabat yang lain melaksanakan sholat disana, datanglah se-kelompok orang musyrik menuju mereka, di antaranya adalah Abu Sufyan. Kelompok itu datang seraya mengumpat dan mencemooh. Akibat ketegangan  itu, terjadilah peperangan kecil di antara mereka. Dalam peperangan itu, Sa'ad melukai seorang dari mereka dengan menggunakan rahang unta. Darah inilah yang pertama kali dialirkan dalam perjuangan Islam, menurut satu versi.
Setelah tiga tahun Rasulullah Saw melakukan dakwah secara sembunyi-sembunyi, mengajak seorang demi seorang untuk masuk Islam, lalu Allah SWT menurunkan wahyu sebagai perintah berseru kepada seluruh umat, sekaligus perintah untuk bersikap acuh terhadap segala hinaan orang-orang musyrik pada nabi saw dan kaum muslim. Allah swt berfirman :

Artinya: "Maka sampaikanlah olehmu secara terang-terangan segala apa yang diperintahkan (kepadamu) dan berpalinglah dari orang-orang yang musyrik".

Kemudian Allah SWT menurunkan wahyu agar nabi saw berseru kepada kerabat dekatnya, Allah swt berfirman :

Artinya: "Dan berilah peringatan kepada kerabat-kerabatmu yang terdekat" .

Nabi Saw juga di perintahkan untuk menyampaikan ajaran islam walaupun kemungkinan di tolak oleh keluarganya. Hal ini di pertegas dengan ayat:

Artinya: "Dan rendahkanlah dirimu terhadap orang-orang yang mengikutimu, yaitu orang-orang yang berimanJ ika mereka mendurhakaimu maka katakanlah Sesungguhnya aku tidak bertanggung jawab terhadap apa yang kamu kerjakan"

Diriwayatkan dari Ibnu Abbas Dalam kitab Sohih Bukhori, Muslim dan kitab lain, bahwa, ketika turun ayat , H#F01 94J1*C 'D'B1(JF Rasulullah Saw Keluar dari rumah menuju puncak bukit shofa, lalu menyeru dengan suara yang keras “ wahai pagi yang cerah ! “.

Di saat Penduduk makkah mendengar suara yang begitu lantang, merekapun berkata “siapakah yang beseru itu?”. sebagian dari mereka yang mengetahui menjawab “Muhammad!”.

Merekapun berkumpul mengerumuni Rasul saw. Sekali lagi nabi saw berseru “wahai bani fulan, wahai bani fulan, wahai bani Abdi manaf, wahai bani Abdi al-Mutholib!”. Kemudian mereka berkumpul mengerumuni beliau.

Beliau bersabda "bagaimana pendapat kalian, seandainya aku memberitahukan bahwa ada sekelompok pasukan berkuda berada di balik jurang yang akan datang menyerang kalian, apakah kalian mempercayaiku?". Kaum Quraisy menjawab "ya, kami mempercayaimu, kami belum pernah melihatmu berbohong". Nabi Saw Berkata “Sesungguhnya aku memperingatkan kalian semua dengan siksaan yang amat pedih!". Mendengar itu Abu Lahab langsung menyahut "celakalah kau Muhammad, apakah hanya untuk ini kau mengumpulkan kami?!" lantas ia berdiri dan pergi begitu saja.

 Kemudian Allah SWT menurunkan ayat berkenaan dengan peristiwa ini. Allah swt berfirman :

Artinya: “binasalah kedua tangan Abu Lahab dan sesungguhnya dia akan binasa, Tidaklah berfaedah kepadanya harta bendanya dan apa yang ia usahakan, Kelak dia akan masuk ke dalam api yang berkobar, Dan (begitu pula) istrinya, pembawa kayu bakar, Yang di lehernya ada tali dari sabut”.

Ayat ini merupakan jawaban dari Allah SWT terhadap ucapan Abu Lahab yang sangat membenci Nabi Saw. dan menganggap bahwa Nabi Saw adalah orang yang celaka. Di samping itu ayat ini juga menyinggung tentang kecelakaan bagi istri Abu lahab.
Di dalam satu riwayat di jelaskan bahwa, Ketika  turunnya ayat
Rasulullah saw memanggil Ali ibn Abi Thalib. Nabi Saw bersabda "wahai Ali, sesungguhnya Allah SWT telah memerintahkanku untuk memberi peringatan kepada kerabat dekatku, aku tahu seandainya aku melakukan hal tersebut niscaya mereka mencaci dan mambencinya, aku diam dan tidak melakukannya, sehingga jibril datang dan berkata ‘hai Muhammad jika engkau tidak menjalankan apa yang telah Allah SWT perintahkan maka Ia akan menyiksamu’

Setelah itu Nabi Saw menyuruh Ali untuk menyiapkan hidangan makanan dan minuman untuk pertemuan keluarga beliau. Ali memanggil keluarga Nabi Saw untuk berkumpul, dan yang hadir pada saat itu kurang lebih ada 40 orang. Di antaranya adalah paman-paman Nabi Saw yaitu Abu Thalib, Hamzah, Al-Abbas dan Abu Lahab. Setelah berkumpul dan menikmati hidangan, di saat Rasulullah SWT hendak berkata kepada mereka, tiba-tiba Abu Lahab mendahului beliau seraya berkata “sungguh hebat apa yang telah di gunakan teman kalian (muhammad) untuk menipu kalian!”  mendengar itu mereka semua bubar padahal Nabi Saw belum sempat berkata apapun kepada mereka.

Keesokan harinya Nabi Saw memerintahkan kepada Ali untuk melakukan hal serupa, sebagaimana yang telah ia lakukan sebelumnya. merekapun memenuhi undangan beliau dan menyantap hidangan yang telah di sediakan. Di tengah-tengah acara, Nabi Saw berkata kepada mereka “wahai bani Abdul Muthalib, Demi Allah, aku tidak pernah mengetahui sesuatu yang dibawa pemuda arab pada kaumnya yang lebih baik dari pada apa yang aku bawa untuk kalian semua. Aku datang pada kalian dengan membawa kebaikan dunia dan akhirat.  Allah SWT telah memerintahkanku untuk mengajak kalian kepada kebaikan, maka siapakah di antara kalian yang mau membantuku dalam urusan ini (agama islam) untuk menjadi saudaraku, penerima wasiatku dan penggantiku ?".

Mereka semua terdiam. Ali berkata " aku, wahai Nabi saw, aku akan menjadi pembantumu". Nabi Saw memegang tengkuk 'Ali seraya berkata "sungguh inilah saudaraku, penerima wasiatku dan penerus perjuanganku setelah aku meninggal, maka dengarkanlah perkataannya dan taatilah perintahnya."

Mendengar ucapan Nabi Saw, mereka tertawa dan berkata pada Abi Thalib “ia(Muhammad saw.) telah memerintahmu untuk mendengarkan dan menuruti perintah anakmu".

Syeikh Ja'far berkata "ketika Allah swt menurunkan ayat " H#F01 94J1*C 'D'B1(JF " Nabi Muhammad Saw Merasa memiliki beban yang sangat berat. Hal itu juga membuat Rasulullah tidak berdaya. Pada waktu itu Nabi Saw sedang duduk dengan perasaan lemah dan terlihat seperti orang sakit. Mendengar hal itu bibi-bibi beliau datang untuk menjenguk. Nabi Saw berkata "aku tidak sakit apa-apa, aku hanya merasa gelisah, karena Allah SWT telah memerintahkan kepadaku untuk memberikan peringatan kepada kerabat dekatku!"

 Mereka berkata "undang saja mereka selain Abu Lahab, karena dia tidak akan memenuhi undanganmu". Nabi Saw akhirnya mengundang kerabatnya. Mereka datang bersama sekelompok bani Al-Mutholib ibn Abdi Manaf semuanya berjumlah 45 lelaki. Ternyata Abu Lahab juga ikut dalam pertemuan itu, dan ia merasa kalau nabi saw akan meninggalkan dakwanya. Abu Lahab mendahului pembicaraan, dia berkata kepada Nabi Saw " mereka itulah paman-pamanmu dan putera-putera pamanmu, bicaralah dan tingalkan sholat!, ketahuilah bahwa di Arab ini kaummu tidak punya kekuatan menyeluruh, jika ada seseorang yang ingin meyakitimu niscaya keluargamu akan menolong, sungguh hal itu lebih mudah bagi mereka dari pada harus melawan seluruh kaum arab yang akan memusuhimu!”.

Pertemuan pertama tidak membuahkan hasil, beliau juga mempertimbangkan apa yang di katakan abu lahab, jika memang itu benar terjadi. Akhirnya malaikat jibril mendatangi beliau dan memberi motivasi agar beliau tetap melaksanakan amanat itu, apapun yang terjadi. Beliaupun  mengundang mereka kembali. Dalam pertemuan ini Nabi Saw berkata: “Segala puji bagi Allah SWT, aku memuji-Nya dan memohon pertolongan kepada-Nya, aku beriman kepadanya dan berserah diri kepada-Nya, aku bersaksi tiada tuhan selain Allah SWT semata tidak ada sekutu bagi-Nya. Sesungguhnya seorang rosul yang menyampaikan ajaran agama pada suatu kaum, tidak akan berbohong kepada keluarganya. Demi Allah SWT, seandainya aku berbohong kepada semua manusia, niscaya aku tidak akan berbohong pada kalian, dan jika aku menipu semua manusia maka aku tidak akan menipu  kalian. Demi Allah SWT, tidak ada tuhan yang berhak disembah selain Dia. sesungguhnya aku adalah utusan Allah SWT untuk kalian dan untuk semua manusia. demi Allah SWT, sungguh kalian  akan mati sebagaimana kalian tidur, kalian akan dibangkitkan setelah kalian  mati sebagaimana kalian bangun dari tidur, perbuatan kalian akan dihitung (hisab). kebaikan akan dibalas dengan kebaikan dan kejelekan akan dibalas dengan kejelekan. Balasan itu adalah surga selamanya atau neraka selamanya."

Abu Tholib berkata "kami senang sekali untuk menolongmu, kami akan menerima nasehatmu, kami sangat percaya terhadap ucapanmu, mereka adalah paman-pamanmu, dan aku salah satu dari mereka, tetapi akulah yang paling cepat tanggap terhadap apa yang kamu cintai. Teruskanlah apa yang telah diperintahkan kepadamu. Demi Allah, aku akan senantiasa menjaga dan melindungimu, tetapi hatiku merasa berat untuk berpisah dengan agama Abdul Mutholib”.

Sebagaimana Abu Thalib, semua juga menanggapi dengan baik kecuali Abu Lahab yang sangat memusuhi Nabi saw. ia berkata "Tangkaplah dia sebelum orang lain menangkapnya, jika tidak dan kalian menyerahkannya saat itu, niscaya kalian akan menjadi hina. jika kalian membelanya maka akan pecahlah peperangan". Abu Tholib langsung menyahut "Demi Allah SWT, sungguh aku akan selalu membelanya sepanjang hidupku". Kemudian mereka pun bubar.

Saat Nabi Muhammad saw berda'wah dengan terbuka maka kaum Quraisy menghina dan mengejeknya. Setiap beliau bertemu orang- orang Quraisy maka mereka berkata "Inilah putera Abi Kabsyah yang berbicara tentang sesuatu dari langit (wahyu) !. Inilah putera Abdul Mutholib yang membicarakan sesuatu dari langit (wahyu)! ". begitulah yang mereka ucapkan untuk menghina nabi saw.
 Orang-orang Quraisy merasa telah direndahkan martabatnya dan terhina, karena Nabi Muhammad saw mencela berhala-berhala sesembahan mereka, dan menganggap bodoh akal mereka dengan perkataan beliau "Demi Allah! Wahai kaumku sungguh kalian telah menyimpang dari agama nenek moyangmu, Nabi Ibrohim as".

Mereka memiliki keyaqinan menyembah berhala hanya berdasarkan  pada taqlid (sekedar mengikuti pendahu mereka) semata. Mereka bersikukuh tidak akan mengikuti kebenaran agama Islam tanpa mau berfikir dengan akal sehatnya, sehingga Nabi Muhammad Saw mencela mereka, karena tidak menggunakan akalnya dengan semestinya. Allah SWT berfirman.

Artinya:  Dan apabila dikatakan kepada mereka: "Ikutilah apa yang telah diturunkan Allah SWT," mereka menjawab: "(Tidak), tetapi kami hanya mengikuti apa yang telah kami dapati dari (perbuatan) nenek moyang kami". "(Apakah mereka akan mengikuti juga), walaupun nenek moyang mereka itu tidak mengetahui suatu apapun, dan tidak mendapat petunjuk?".

Mereka merasa bahwa apa yang mereka ikuti adalah yang benar, hal ini tergambar apik dalam firman Allah SWT :

Artinya:  Bahkan mereka berkata  Sesungguhnya kami mendapati bapak-bapak kami menganut suatu agama, dan sesungguhnya kami orang-orang yang mendapat petunjuk dengan (mengikuti) jejak mereka ".

Allah SWT  juga menggambarkan sikap mereka yang keras kepala dalam firman-Nya

Artinya:  (Rasul itu) berkata ‘Apakah (kamu akan mengikutinya juga) sekalipun aku membawa untukmu (agama) yang lebih (nyata) memberi petunjuk daripada apa yang kamu dapati bapak-bapakmu menganutnya?’ Mereka menjawab ‘Sesungguhnya kami mengingkari agama yang kamu diutus untuk menyampaikannya’".

 Pada awal mulanya orang Quraisy tidak begitu menampakkan penentangan pada Nabi saw, apa lagi sampai melakukan hal yang berlebihan pada beliau. Hal itu karena kedudukan dan kemuliaan paman beliau, Abu Tholib diantara mereka.  sedangkan Abu tholib sendiri menyayangi, menjaga dan melindungi beliau. oleh karena itu beliau dapat menyampaikan syiar  agama tanpa ada sesuatu apapun yang menghalangi.

Namun, ketika orang Quraisy melihat begitu gencarnya Nabi Saw mensyiarkan agama, sementara abu tholib hanya diam dan tidak melarang beliau di saat menghina berhala- berhala, nenek moyang, dan peraturan mereka, maka mereka khawatir kalau perlakuan Nabi Saw bertambah luas, dan agama yang dibawanya menjadi besar. Menyikapi hal itu  beberapa pembesar Quraisy datang menemui Abi tholib, mereka berkata “hai Abu Tholib, sesungguhnya keponakanmu telah mencaci Tuhan, agama kami, menganggap bodoh akal kami serta menganggap sesat nenek moyang kami, oleh karena itu aku mohon cegahlah dia, atau kalau tidak, serahkanlah dia pada kami karena sesungguhnya kamu adalah pemimpin kami, maka kami serahkan sepenuhnya padamu”. Kemudian Abu Tholib menjawab dengan perkataan yang lembut dan menolak permintaan mereka dengan halus, akhirnya mereka pun pergi.
 Di sisi lain Rasulullah Saw terus menyiarkan agama Allah SWT dan mengajak masyarakat, sampai ketika keadaan semakin memanas, mereka  mendatangi paman Nabi Saw untuk yang kedua kalinya seraya berkata "Hai Abu tholib! Sesungguhnya engkau adalah seorang tokoh dan mempunyai kemulian serta kedudukan, kami telah memintamu agar engkau mencegah putera saudaramu, tetapi kamu tidak mau mencegahnya. Demi Allah, kami tidak bisa terus-menerus bersabar atas semua ini, dia telah menghina nenek moyang kami, berhala sesembahan serta menganggap bodoh otak kami. Kamu cegah dia atau kami akan turun tangan menghadapinya, sampai akhirnya ada yang hancur di antara dua kelompok." kemudian mereka pergi.

 Abu Tholib merasa berat atas sikap kaum Quraisy yang sudah tidak mau menghiraukannya, namun hatinya sedih jikalau harus menyerahkan dan menelantarkan Rasulullah saw. Lalu dia mengundang Nabi Saw. Dia berkata kepada beliau "Wahai putera saudaraku, sesungguhnya kaum Quraisy datang kepadaku dan mereka meminta padaku agar menghentikan dakwahmu. Puteraku kasihanilah dirimu dan diriku, janganlah membebaniku dengan sesuatu yang memberatkan ini!".
Mendengar semua itu Rasululloh Saw merasa bahwa pamannya telah menelantarkannya dan tidak mampu menolong dan berjuang bersama beliau. Nabi Saw berkata: "Demi Allah, duhai pamanku, seandainya mereka meletakkan matahari di tangan kananku dan meletakkan rembulan di tangan kiriku, agar aku menghentikan perjuangan ini, niscaya aku tidak akan meninggalkannya, hingga Allah SWT menampakkan agama ini  atau aku mati dalam perjuangan ini." sesaat kemudian Nabi Muhammad Saw menangis, lalu  bediri. Ketika beliau hendak berpaling, Abu Tholib memanggil "kemarilah wahai putera saudaraku." beliau menghadap dan abu tholibpun berkata " lanjutkan perjuanganmu, dan katakanlah apa yang engkau kehendaki, Demi Allah, selamanya aku tidak akan menyerahkanmu pada seorang pun!"
Hal ini menunjukkan bahwa Abu Thalib berperan penting dalam perjuangan Nabi Saw. ketika orang–orang Quraisy melihat bahwa Abu Thalib tidak akan menyerahkan Nabi Saw ke tangan mereka,  dan lebih memilih berpisah dan bermusuhan dengan mereka. Maka mereka mendatanginya dengan membawa ‘Umaroh ibn Al-walid ibn Al-Mughirah, seraya berkata “Hai Abu Thalib, pemuda ini bernama ‘Umaroh ibn Al-Walid. Dia adalah pemuda yang sangat kuat, dan paling tampan di antara pemuda Quraisy, maka ambillah dia untuk kau manfaatkan akalnya, dan pertolongannya, dan jadikanlah ia sebagai anakmu. ia akan menjadi milikmu. serahkan putra saudaramu pada kami, karena  dia telah menyimpang dari agamamu dan agama nenek moyangmu. Dia telah memecah belah kaummu, dan menganggap bodoh akal mereka, maka kami akan membunuhnya, dan tidaklah seseorang lelaki kecuali ditebus dengan seorang lelaki pula!”

Abu Thalib merasa geram dengan penawaran tersebut, iapun  menjawab “sungguh hina apa yang kalian tawarkan padaku. apakah kalian akan memberikan putera kalian padaku agar aku marawat dan mengasuhnya, sedang aku harus menyerahkan putraku untuk kalian bunuh. Demi Allah, ini tidak boleh terjadi selamanya."

 Merasa penawaran kaum quraisy tak direspon baik oleh abu thalib berkatalah  Al-Mutim ibn Adi ibn Naufal ibn Abdi Manaf berkata “Demi Allah, kaummu telah berbuat adil padamu, sedang aku melihat dirimu tidak menghendaki untuk menerima sikap baik mereka."

Abu Thalib berkata ”Demi Allah! Mereka Tidaklah berbuat adil padaku, tetapi dirimu telah mengahsut mereka untuk menelantarkan dan melawanku. maka lakukanlah apa kau kehendaki !”

Keadaan semakin memanas, mereka saling berselisih dan orang–orang Quraisy semakin bersikap keras terhadap orang–orang muslim. mereka disiksa dan dipaksa untuk meninggalkan agama islam.

Allah SWT melindungi Rasul-Nya melalui paman beliau, abu tholib. Abu Thalib mengajak bani Hasyim untuk melindungi nabi saw. Mereka semua menyanggupi untuk bersatu melindungi nabi saw kecuali Abu Lahab. Ketika Abu Thalib mengetahui bahwa ajakannya di sambut baik oleh bani hasyim, maka ia memuji mereka dan menyebutkan keutamaan Rasululloh Saw kepada mereka.

Di saat Abu Thalib mendekati ajal, Kaum Quraisy menemuinya. mereka berkata “Anda adalah sesepuh dan junjungan kami, maka berbuat adillah pada kami atas putra saudaramu, perintahlah dia untuk tidak lagi mencaci tuhan–tuhan kami, dan kami akan membiarkan dia dan tuhannya!”

Kemudian Abu Thalib memanggil Nabi Saw. Di hadapan nabi saw Abu Thalib berkata “mereka adalah kaummu, mereka memintamu agar berhenti mencaci tuhan mereka, sehingga mereka akan membiarkanmu dan Tuhanmu!”.

Lalu Rasul menjawab  “Wahai pamanku, apakah aku tidak mengajak mereka pada sesuatu yang lebih baik bagi mereka, diantaranya adalah sebuah kalimat, seandainya mereka ucapkan niscaya orang–orang arab akan mengikuti mereka, dan orang–orang ajam menjadi bawahan mereka.”

Abu Jahal berkata “Apa itu? Demi ayahmu! kami akan memberikannya padamu dan sepuluh kali yang seperti itu!”
Nabi Saw menjawab “Ucapkanlah Lailahaillah!”

Orang-orang quraisy tidak menyukainya permintaan beliau nabi saw, dan sempat terjadi perselisihan di antara mereka. Akhirnya mereka berkata “mintalah yang lain!”

Nabi Saw berkata “meskipun kalian datang padaku dengan membawa matahari, dan meletakkannya di kedua tanganku, aku tidak akan meminta yang lain pada kalian!”

Mereka marah dan berpaling seraya berkata “Demi Allah kami akan mencaci kamu dan Tuhanmu yang telah memerintahkanmu untuk berbuat ini!”
Berkenaan dengan peristiwa ini , Allah swt berfirman :


Artinya: "Dan Pergilah pemimpin-pemimpin mereka (seraya berkata): 'Pergilah kalian dan tetaplah (menyembah) tuhan-tuhankalian, Sesungguhnya ini benar-benar suatu hal yang dikehendaki'(6). Kami tidak pernah mendengar hal ini dalam agama yang terakhir ini (mengesakan Allah), tidak lain hanyalah (dusta) yang diada-adakan(7)".

 Pada saat itu Nabi Saw menghadap pamannya seraya berkata “Ucapkanlah kalimat yang akan aku perlihatkan dan saksikan padamu besok di hari kiamat.
Abu Thalib berkata: Seandainya dengan kalimat itu kamu tidak dicela orang-orang Arab, maka aku akan memberikanya padamu, tetapi aku memilih agama nenek moyang.

Walaupun Abu Tholib sangat mencintai dan membantu nabi saw, namun beliau tidak mau mengikuti agama nabi saw. Karena hidayah hanya anugerah Allah swt, sehingga siapapun tiadak akan mendapatkannya kecuali atas kehendaknya, walaupun orang yang sangat dekat dengan nabi Muhammad saw. Oleh sebab itu, Allah swt  menurunkan surat al-Qoshosh 56 sebagai pengingat bagi nabi saw dan umatnya

Artinya: "Sesungguhnya kamu tidak akan dapat memberi petunjuk kepada orang yang kamu kasihi, tetapi Allah memberi petunjuk kepada orang yang dikehendaki-Nya, dan Allah lebih mengetahui orang-orang yang mau menerima petunjuk".

Post a Comment

0 Comments