F (1) Kisah Kerosulan Nabi Muhammad, Proses Turunnya Wahyu

(1) Kisah Kerosulan Nabi Muhammad, Proses Turunnya Wahyu



AWAL TURUNNYA WAHYU

Selagi usia beliau genap empat puluh tahun, suatu awal kematangan ada yang berpendapat bahwa pada usia inilah para rasul diangkat menjadi utusan-Nya. Pada saat ini, muncul dari diri nabi sifat kenabian dalam kehidupannya. Pada awalnya Allah swt. memperlihatkan kenabiannya berupa mimpi yang nyata. Ketika Allah SWT. menghendaki memuliakan dan memberikan rahmat-Nya maka Allah akan mengaruniakannya berupa mimpi yang nyata. Kemudian Allah SWT. menanamkan ketertarikan pada beliau untuk menyendiri untuk menghindar dari kegelapan dunia, menyembah dan sujud kepada berhala. Kehidupan ini sebenarnya biasa dilakukan oleh orang-orang Quraisy pada zaman jahiliyyah untuk menghindarkan diri dari perbuatan dosa.

Di antara tanda-tanda kenabiannya adalah mimpi yang nyata. Mimpi ini nabi alami selama enam bulan. Dalam redaksi hadits  mimpi ini diumpamakan cahaya fajar menyingsing, terlihat jelas dan tidak ada keraguan di dalamnya.

Sebagaimana sabda nabi :
Artinya: "Ibrahim Ibn Hamzah menceritakan kepadaku, Ibn Abi Hazim dan Ad-Darowardy menceritakan kepadaku dari Yazid dari Abdullah Ibn Bab dari Abi Sa'id al-Hudry bahwasanya ia pernah mendengar nabi bersabda "Mimpi yang benar('D1QO$RJN' 'D5QN'DP-N)O) merupakan satu bagian dari empat puluh enam bagian kenabian .  (HR. Bukhari).

Akhirnya pada bulan Ramadhan pada tahun ketiga dari masa pengasingan rasul ke gua Hira, Allah berkehendak melimpahkan rahmat-Nya kepada penghuni bumi, memuliakan beliau dengan nubuwah dan menurunkan Jibril sambil membawa wahyu ayat-ayat suci Al-qur'an.

Sebagaimana Pendapat dari al-Baihaqi, bahwa Awal turunnya wahyu merupakan sejarah besar dalam agama Islam. Karena peristiwa ini menandai diangkatnya nabi baru pembawa risalah bagi seluruh umat, sekaligus penutup dari sekian utusan yang pernah ada dimuka bumi ini. Beliau menambahkan bahwa peristiwa turunnya wahyu pertama kali bertepatan dengan hari kelahiran nabi yaitu hari Senin. Pernyataan ini berpijak pada sebuah hadits riwayat imam Muslim.
Artinya: "Nabi ditanya tentang puasa pada hari senin, nabi menjawab" Itu adalah hari kelahiranku, hari diangkat menjadi utusan dan diturunkanya (al-qur’an) kepadaku".(HR. Muslim).

Menurut Ubaid ibn Umair, Muhammad ibn Ishak dan lainya, Muhammad diangkat menjadi nabi bertepatan dengan diturunkanya al-Qur'an. Pendapat inilah yang dianggap paling dikenal dikalangan ahli sejarah. Sedangkan menurut Mahmûd Bâsyâ al-Falakiy, kejadian awal turunnya wahyu bertepatan dengan awal Februari tahun 610 Masehi.

Meskipun dua pendapat di atas berbeda pandangan tentang waktu diangkatnya Muhammad menjadi nabi, namun pendapat pertama tetap setuju kalau al-Qur'an diturunkan pada bulan Ramadlan.
Menurut pendapat yang terkenal, malaikat Jibril menemui nabi Muhammad untuk pertama kalinya ketika beliau berumur empat puluh tahun. Namun, menurut riwayat yang diceritakan oleh Ibnu Jarir dari Ibnu Abbas dan Sa’id ibn Musayyab, usia Nabi pada waktu itu adalah 43 tahun. Ini merupakan  riwayat  yang tidak bisa dijadikan pijakan. Ibnu Ishaq menceritakan : Tatkala Muhammad berusia 40 tahun, Allah SWT. mengutusnya untuk memberikan rahmat bagi seluruh alam raya (rahmatan lil’alamiin) dan membawa kabar gembira kepada umat manusia.

Setelah menemui nabi Muhammad melalui mimpi, malaikat Jibril tidak lagi muncul selama beberapa waktu. Masa jeda antara mimpi dan kedatangan Jibril yang ke dua kalinya secara nyata, menurut hikayah al-Baihaqi berlangung selama enam bulan. Hal ini memandang hadist di atas (mimpi yang benar merupakan satu bagian dari 46 kenabian (masa nabi diangkat menjadi nabi hingga wafatnya) dihubungkan dengan sisa umur Nabi setelah peristiwa itu adalah 23 tahun. Ketika bilangan 23 kita gunakan untuk membagi bilangan 46, maka dalam setiap tahunnya akan mengurangi dua juz kenabian. Dan untuk tahap pertama telah berkurang satu juz (enam bulan) sehingga menyisakan enam bulan setelahnya. Dan penghitungan semacam ini hanya sebatas kemungkinan.

Allah swt mengangkat nabi Muhammad menjadi seorang rasul untuk menyeru kepada semesta alam dengan memberi kabar gembira kepada orang-orang yang beriman pada Allah dan rasul-Nya. Menjanjikan surga dan bertemu dengan Allah. Selain itu, amanat yang harus diemban adalah memberi peringatan kepada orang-orang yang mengkufuri Allah dan rasul-Nya dengan siksaan di neraka dan jauh dari rahmat Allah swt. Hal ini sesuai dengan firman Allah :

Artinya: "Dan Tiadalah Kami mengutus kamu, melainkan untuk (menjadi) rahmat bagi semesta alam".(QS. Al-Anbiya': 107)

Rahmat yang dijanjikan Allah swt. dengan mengutus nabi Muhammad mencakup kehidupan beragama maupun bersifat duniawi. Rahmat dari sisi agama terbukti bahwa nabi diutus di zaman jahiliyah. Suatu masa yang dimana manusia banyak yang tersesat, bingung akan terjadinya perbedaan beberapa kitab  dan tidak ada jalan menuju kebenaran dan di situlah nabi mengajak manusia ke jalan yang benar. Sedangkan di dunia Nabi bisa menyelamatkan manusia dari kehinaan dan mendapatkan pertolongan berkat agama Nabi.



Post a Comment

0 Comments