F (Bag 3) TANDA-TANDA KENABIAN NABI MUHAMMAD SAW. SAMBUTAN KAUM YAHUDI DAN NASRANI ATAS KELAHIRAN NABI

(Bag 3) TANDA-TANDA KENABIAN NABI MUHAMMAD SAW. SAMBUTAN KAUM YAHUDI DAN NASRANI ATAS KELAHIRAN NABI

SAMBUTAN KAUM YAHUDI DAN NASRANI ATAS KELAHIRAN NABI YANG DIUTUS

Berita kedatangan Nabi Muhammad Saw. diyakini kebenarannya oleh kalangan ahli kitab(Yahudi dan Nashrani). Mereka berharap nabi akhir zaman akan segera datang dan memberikan pertolongan untuk mengalahkan orang-orang Pagan (penyembah berhala). Sampai-sampai setiap terjadi persengketaan, golongan ahli kitab selalu mengancam bahwa sebentar lagi akan datang seorang nabi yang siap menolong mereka. Kaum yahudi berani menebar berbagai ancaman kepada para penyembah berhala, karena kitab suci mereka menjelaskan bahwa akan datang seorang nabi, utusan tuhan yang akan menghabisi seluruh orang musyrik dengan kekuatan dan kemampuannya.

Ashim ibn Amr ibn Qotadah meriwayatkan dari beberapa tokoh kaumnya, mereka berkata "Di samping rahmat dan hidayah Allah swt.,  masih ada faktor lain yang mendorong kami masuk Islam. Dahulu sebelum memeluk agama islam kami adalah penyembah berhala. Kami hidup berdampingan dengan kaum Yahudi yang cakap dengan kitab suci mereka, sedangkan kami sedikitpun tidak mempunyai pengetahuan tentang kitab mereka itu. Di antara kami dan kaum Yahudi sering terjadi peperangan, dan setiap kami berhasil memenangkan pertempuran, mereka selalu berkata 'Sudah dekat masa kedatangan nabi yang akan diutus, bersamanya kami akan menumpas kalian semua seperti tertumpasnya kaum Ad dan kaum Irom.'"

Berkaitan dengan semua ini Allah swt. menurunkan surat al-Baqoroh ayat 89 yang berbunyi:
                         
Artinya "Dan setelah datang kepada mereka Al Quran dari Allah yang membenarkan apa yang ada pada mereka. Padahal sebelumnya mereka biasa memohon (kedatangan Nabi) untuk mendapat kemenangan atas orang-orang kafir, Maka setelah datang kepada mereka apa yang telah mereka ketahui, mereka lalu ingkar kepadanya. Maka la'nat Allah-lah atas orang-orang yang ingkar itu".

Ibn Ishaq meriwayatkan dari Shaleh ibn Ibrahim ibn Abdurrahman ibn Auf dari Mahmud ibn Labid dari Salmah ibn Salam ibn Qoisy, salah seorang pahlawan perang Badar. Salmah ibn Salam ibn Qoisy berkata: Kami memiliki seorang tetangga Yahudi yang bernama Yusya'.  Dia hidup berdampingan dengan kaum Bani Abd al-Asyhal. Suatu hari dia menemui kaum Bani Abd al-Ashal dan berdiri di hadapan mereka. Pada saat itu aku adalah yang termuda di antara mereka. Dengan mengenakan pakaian bulu aku duduk santai di halaman rumahku. Yahudi itu berbicara tentang hari kiamat, hari  kebangkitan, hisab, mizan (timbangan amal), surga dan neraka pada kaum Bani Abd al-Ashal. Sementara mereka merupakan golongan musyrik penyembah berhala dan tidak memiliki keyaqinan akan adanya hari kebangkitan. Mendengar hal-hal yang diucapkan orang Yahudi itu mereka merasa heran dan aneh.  Salah satu dari mereka bertanya  "Wahai orang yang celaka! Adakah engkau meyaqini bahwa semua itu akan terjadi?, Mungkinkah manusia akan di bangkitkan lagi untuk digiring menuju surga atau neraka guna mempertanggungjawabkankan amal perbuatannya di dunia?"

Dia menjawab "Benar, Wahai orang celaka",
"Apa bukti semua itu?"’ timpal Bani Abd Al-Ashal.
 Ia menjawab "Buktinya adalah nabi yang akan diutus dari arah negeri ini’.
Orang Yahudi itu berkata demikian sambil menunjuk ke daerah Syam dan Arab.
"Kapan kami akan melihatnya?" lanjut Bani Abd Al-Ashal.

Setelah Yahudi itu mendengar perkataan Bani Asyhal, ia diam sejenak dan memandang ke arahku lantas berkata "anak ini akan mengalaminya, demi Allah, apa yang di katakannya ternyata benar, Belum sampai lewat sehari semalam kami telah bertemu dengan nabi Muhammad Saw. yang berada di tengah-tengah kami. Lalu kami beriman pada Nabi Saw. Namun Yahudi itu mengingkari dan mengkufuri beliau karena rasa dengki dan hasut dalam hatinya, padahal pada saat itu ia masih berada di tengah- tengah kami. Kami berkata padanya "Wahai orang yang celaka! Bukankah kamu telah bertemu dengan orang yang telah engkau janjikan pada kami?" "Memang aku telah mengatakan akan ada nabi yang segera datang, tapi nabi itu bukan dia!" jawabnya.” Kisah ini juga di riwayatkan Abu Nua'im di dalam kitab ad-Dalail.

Berdasarkan beberapa keterangan, kedatangan Nabi Muhammad saw, selain dinanti oleh kaum Yahudi juga ditunggu oleh kaum Nasrani. Diantaranya adalah yang diriwayatkan Ashim ibn Amr ibn Qotadah al-Anshori dari Mahmud ibn Labid dari Abdullah ibn ‘Abas. Abdullah ibn ‘Abas berkata “Salman al-Farisi bercerita langsung padaku tentang asal usul dia tertarik untuk mengikuti ajaran Nabi Muhammad Saw.

 Ia berkata 'Sebelum aku masuk Islam, aku adalah orang Persia dari daerah Ishbihan, tepatnya desa yang bernama Jayy (sebuah kota yang terdapat di daerah Asbihan). Ayahku adalah kepala desa dan aku adalah anak kesayangannya. Karena begitu besar rasa sayangnya padaku hingga beliau mengurungku di rumah seperti layaknya anak pingitan. Aku sangat giat dalam mendalami ajaran agama Majusi(penyembah api) dan sangat taat dalam menjalankannya, hingga aku diangkat menjadi penjaga api sesembahan, dan tidak membiarkannya padam walau sekejap saja. Ayah memiliki kebun yang sangat luas dan selalu dijaganya setiap hari. Namun pada suatu hari dia sibuk membangun sesuatu, hingga tidak sempat menengok kebunnya dan menyuruhku untuk pergi ke kebun.

 Ayah berkata padaku “Wahai anakku, hari ini aku tidak sempat menengok kebun karena masih menyelesaikan bangunan, coba kau pergi ke sana dan lihatlah mungkin ada sesuatu".

Disamping menyuruhku untuk melihat kebun, ayah juga menyuruhku melakukan beberapa hal yang di perlukannya. Ayah berkata padaku “setelah selesai segeralah kembali, karena kaulah yang paling berharga bagiku!.”

Akupun berangkat untuk melaksanakan perintah ayahku, tidak sengaja aku melewati sebuah gereja Nashrani, dan mendengar suara mereka yang sedang melakukan ibadah, Aku merasa penasaran kenapa ayah mengurungku di dalam rumah?, dan Apa sebenarnya yang dilakukan masyarakat?. Disela kemelut penasaran yang berkecamuk di dalam hati, akupun penasaran terhadap apa  yang di lakukan orang Nashrani. Aku masuk ke gereja dan melihat di dalamnya. Di saat aku melihat ibadah mereka, aku merasa kagum pada apa yang mereka lakukan, dan ingin mengetahui lebih dalam tentang agama mereka. Aku bergumam "demi Allah, agama ini lebih baik dari agamaku!". Demi Allah aku terus berada di sana hingga terbenamnya matahari. aku tidak jadi pergi melihat kebun ayah. Kemudian aku bertanya pada mereka (Nashroni) “Di manakah asal agama ini?”

“Dari Syam” jawab mereka.
Lalu aku pulang ke rumah, setelah sampai di rumah ayah menyambutku dan bertanya “Wahai anakku kemana saja engkau?, Bukankah aku berpesan padamu agar segera kembali?”

Aku menjawab  “Wahai ayah, di tengah perjalanan aku bertemu dengan sekelompok orang yang sedang melakukan ibadah di gereja mereka. Aku kagum pada agama mereka, demi Allah aku terus berada di sana hingga terbenamnya matahari.”

Ayah berkata “wahai anakku, tidak ada kebaikan sama sekali dalam agama mereka. Agama nenek moyangmu lebih baik dari pada agama mereka".

“Tidak, demi Allah agama mereka lebih baik dari pada agama kita” timpalku.
Karena khawatir aku akan mengikuti agama nasroni, ayah mengikat kakiku dan mengurungku di dalam rumah. Namun aku tidak tinggal diam, aku mengutus seseorang untuk menemui orang Nashroni. Aku berpesan pada mereka jika ada rombongan yang datang dari Syam hendaknya aku di beri tahu. Dan memang benar ketika ada rombongan yang datang dari Syam mereka langsung memberi kabar padaku. Aku berpesan lagi pada mereka (Nashrani) jika rombongan Syam hendak kembali ke daerahnya, hendaknya aku di beritahu. Dan disaat rombongan hendak pulang aku di beri tahu akan hal itu. Aku melepaskan ikatan di kaki dan pergi bersama rombongan hingga sampai di Syam.

Aku bertanya pada orang-orang di sana “Siapakah orang yang paling pandai tentang agama ini?” “Uskup di gereja “ jawab mereka .

Aku mendatangi Uskup tersebut dan berkata padanya “Aku senang pada agama ini. Aku ingin bersamamu, melanyanimu, dan belajar padamu  hingga aku bisa beribadah bersamamu”. Uskup menjawab “Silahkan masuk”.

Akupun bersama Uskup tersebut, dia sebenarnya orang yang tidak baik. Dia memerintahkan masyarakat untuk bershodaqoh dan mendorong untuk melakukan hal itu. Namun di saat masyarakat mengumpulkan shodaqoh pada dirinya maka dia tidak memberikan pada faqir miskin bahkan dia simpan untuk dirinya sendiri hingga sampai tujuh peti besar yang berisi emas perak. Aku sangat benci pada apa yang ia lakukan. Lalu disaat ia meninggal dan hendak di semayamkan oleh orang-orang Nashrani aku berkata pada mereka “Sesungguhnya laki-laki ini bukan orang baik, dia menyuruh dan mendorong kalian untuk bershodaqoh, namun ketika kalian menyerahkan shodaqoh padanya dia tidak memberikannya pada faqir miskin, akan tetapi dia simpan untuk dirinya sendiri.”

Mereka bertanya “Apa dasarmu mengatakan hal itu?” Aku menjawab “Ayo, aku tunjukkan tempatnya”.

Setelah aku menunjukkan tempatnya, merekapun mengeluarkan harta yang di simpan Uskup tersebut. Setelah melihat itu semua, mereka geram dan tidak mau memakamkan Uskup tersebut, bahkan meyalibnya dan melemparinya dengan batu. Mereka menunjuk seorang laki-laki untuk menggantikan uskub itu, dan aku tidak pernah melihat orang  yang lebih baik ibadahnya daripada dia. dia orang yang paling zuhud, paling cinta pada akhirat, dan paling taat beribadah siang maupun malam. Aku tidak pernah mencintai seseorang melebihi cintaku pada dirinya. Aku bersama dia beberapa waktu hingga dia hampir wafat.

Pada saat-saat terakhir, aku bertanya padanya “Sesungguhnya aku telah bersamamu, dan aku tidak pernah mencintai seseorang melebihi cintaku pada dirimu, aku merasa sebentar lagi kita akan berpisah, engkau akan meninggalkanku. Lalu kepada siapa lagi aku harus tinggal setelah anda tiada?, dan apa yang akan engkau perintahkan padaku?”

Dia menjawab “Wahai anakku, demi Allah pada saat ini manusia sudah banyak merubah dan meniggalkan ajaran mereka yang benar,  dan aku tidak mengetahui orang yang paling sesuai dengan ajaranku kecuali seorang laki-laki yang tinggal di ِAl-Maushili (الموصلي). Dialah orang yang paling sesuai dengan apa yang aku lakukan, maka temuilah dia!”.

Setelah dia (Uskup) meninggal dunia dan aku menyemayamkannya, maka akupun pergi menemui laki-laki yang telah diisyaratkan di daerah  ِAl-Mushili (الموصلي), setelah sampai di sana saya dapat bertemu dengannya. Aku berkata padanya “wahai tuan, sesunguhnya aku  telah diperintah seseorang untuk menemui anda. Di saat dia hampir meninggal dunia dia bercerita padaku tentang anda.

Dia berkta "bahwa anda adalah orang yang paling sesuai dengan ajarannya”.
 ِAl-Mushili (الموصلي) menjawab " tinggallah bersamaku”. Maka akupun tinggal bersamanya.

Ketika itu aku melihat bahwa dia adalah orang yang paling sesuai dengan apa yang dilakukan temannya yang telah memberitahuku. Setelah sekian lama saya tinggal bersamanya tidak terasa waktu berpisah dengan Uskup Mushilypun datang.

Pada saat dia hampir meninggal dunia, aku bertanya  padanya “wahai  tuan sesungguhnya fulan telah berpesan padaku agar aku menemuimu, namun sekarang engkau juga akan meninggalkaku dan ajal akan segera menjeputmu. Kepada siapa lagikah aku harus tinggal, setelah anda tiada?, dan apa yang harus aku lakukan?”

Dia menjawab “wahai anakku, demi Allah swt. aku tidak mengetahui seseorang yang sesuai dengan ajaranku kecuali seorang laki-laki di daerah Nashibin (نصيبين),  maka temuilah dia!”.

Setelah Uskup  ِAl-Mushili (الموصلي) meninggal, aku pergi menemui laki-laki yang telah di isyaratkan, yaitu menemui seseorang di Nashibain. Setelah sampai di sana saya dapat menemuinya. Aku menceritakan kisahku dan apa yang telah telah aku alami serta mengungkapkan hal-hal yang telah diperintahkan kedua saudaraku.

Dia mempersilahkanku tinggal bersamanya. Tatkala aku tinggal bersamanya saya dapat mengetahuinya bahwa apa yang dia lakukan sama persis dengan kedua saudaraku, aku tinggal bersama dengan orang yang paling baik. Demi Allah aku tidak tinggal begitu lama dengannya, hingga ketika ajal hampir menjemputnya, aku berkata padanya “ wahai Tuan, sesungguhnya aku telah di perintahkan fulan untuk menemuhi fulan, dan fulan itu menyuruhku untuk menemuhimu,  maka setelah anda tiada siapa harus saya temui?, Dan apa  yang harus aku lakukan?.”

Dia menjawab “wahai anakku, demi Allah aku tidak tahu seseorangpun yang ajarannya sesuai denganku kecuali seorang laki-laki di ‘Ammuriyah, suatu kota yng terletak di daerah Rum, sesungguhnya dia melakukan sebagaimana yang aku lakukan ,maka datangi dan temuilah dia!.” Akupun mendatangi laki-laki tersebut di ‘Amuriyah (عمورية) di daerah Rum yang telah di isyaratkan.

Setelah sampai di sana dan bertemu dengannya, aku menceritakan kisahku. Diapun mempersilahkanku untuk tinggal bersamanya. Dan memang aku tinggal bersama orang yang paling sesuai dengan apa yang di lakukan teman- temanku. Di saat aku tinggal bersamanya, aku sambil bekerja hingga aku memiliki banyak sapi dan harta. Namun tidak berselang lama dari itu, dia hampir meninggal dunia.

Aku bertanya padanya “wahai tuan, sesungguhnya aku di perintahkan seseorang untuk menemui fulan hingga aku di suruh untuk menemui anda. Lalu siapakah yang harus temui setelah anda setelah anda tiada?, dan apa yang harus aku lakukan?.”

Dia menjawab “ wahai anakku, demi Allah aku sudah tidak tahu lagi, siapakah yang sesuai dengan ajaranku, yang harus engkau datangi, akan tetapi sebentar lagi akan ada nabi yang di utus dangan membawa ajaran agama Nabi Ibrahim as. Dia akan muncul di daerah Arab dan akan hijrah ke  sebuah daerah yang diapit dua bukit. Selain itu juga ditumbuhi pohon kurma. Dia memiliki beberapa  tanda yang jelas. Tanda-tanda itu adalah; dia berkenan makan hadiah tetapi tidak memakan shodaqoh selain itu di antara kedua bahunya terdapat tanda kenabian, yaitu berupa cap kenabian. Jika kamu  mampu untuk menemuinya di sana, maka lakukanlah”. Setelah laki-laki Amuriyah itu meninggal, aku menyamkannya. Sepeninggalnya aku tinggal beberapa hari di ‘Amuriyah

Pada suatu saat aku bertemu dengan satu rombongan pedagang. Aku berkata kepada mereka "bawalah aku ke negeri Arab, dan aku akan memberikan seluruh sapi dan hartaku ini!". "baiklah" jawab mereka.

Kemudian aku memberikan seluruh hartaku. Setelah itu mereka membawahku bersama mereka. Namun, ketika kami sampai di Wadi al-Qura (وادي القرى) mereka berbuat aniaya, mereka menjualku pada seorang Yahudi untuk dijadikan sebagai budak. Ketika saya tinggal bersamanya saya melihat pohon kurma.  Akupun berharap kalau ini adalah negeri yang di katakana temanku.  Namun aku masih belum yaqin.

Pada suatu hari aku bersama majikanku, tiba-tiba anak pamannya dari golongan Bani Quraidloh datang dari Madinah. Dia membeli diriku dan membawa aku ke Madinah. Demi Allah, aku tidak melihat Madinah kecuali sesuai dengan apa yang di katakan temanku (daerah di antara dua gunung kecil yang di situ terdapat pohon kurma). Di saat Nabi Muhammad saw di utus dan masih berada di Makah, aku tidak pernah mendengar berita tentang beliau, karena aku sibuk melaksanakan tugas-tugas dari majikanku. Kemudian beliau hijrah ke Madinah. Demi Allah, disaat aku berada di atas pohon kurma milik majikanku, untuk melakukan beberapa hal, sedangkan majikanku berada di bawahku, tiba-tiba sepupunya datang dan berdiri di hadapannya.

Dia berkata padanya “wahai fulan, semoga Allah memerangi dan membinasakan Bani Qoilah(بني قيلة). Demi Allah, sungguh sekarang mereka berkumpul di Quba’ guna menyambut seorang laki-laki yang datang dari Makah, yang mereka yaqini bahwa dia adalah nabi!”.

Di saat aku mendengar semuanya, aku gemetar hingga aku merasa akan terjatuh dan menimpa majikanku. Akupun turun dari pohon dan bergegas menghampiri sepupu majikankku. Aku berkata padanya “apa yang telah anda katakan ?.” namun sayang, majikanku marah dan menghardikku. Dia berkata padaku “ apa yang kau lakukan? ,Dan apa urusanmu tentang hal ini ?, kembalilah bekerja !” aku menjawab “ tidak ada apa-apa, aku hanya ingin tahu tentang apa yang sebenarnya sepupu anda katakan”.

Aku mengumpulkan sesuatu  yang akan aku bawa ke Nabi Saw di sore hari. Aku pergi menemui beliau di Quba’. Setelah sampai disana dan bertemu beliau, akupun berkata pada beliau “aku mendengar bahwa anda adalah orang yang baik, dan anda memiliki beberapa sahabat yang ikut hijrah dan serba kekurangan, aku memiliki sedikit sesuatu untuk aku shodaqohkan pada anda dan para sahabat anda, karena aku merasa kalianlah yang pantas untuk menerimanya.”

Kemudian aku menyerahkan shodaqohku pada beliau, namun beliau menyuruh para sahabatnya untuk memakan pemberianku, sedangkan beliau tidak memakan sedikitpun. Aku berkata dalam hati, ini satu tanda yang telah di katakan temanku (tidak bersedia memakan shodaqoh). Kemudian aku pulang dan mengumpulkan sesuatu lagi, yang akan aku berikan pada beliau besok.

Lalu nabi saw pindah ke Madinah dan aku berangkat ke sana untuk menemui beliau. Setelah bertemu, aku berkata pada beliau “aku kemarin melihat anda tidak memakan shodaqoh, namun sekarang aku memberikan ini pada anda atas nama hadiah.”

Maka aku melihat beliau memakannya dan mengajak para sahabatnya untuk makan bersama. Aku berkata dalam hati, ini adalah tanda kedua yang di katakan temanku (bersedia memakan shodaqoh). Kemudian aku menemui beliau lagi di pemakaman Baqi’. Di sana beliau sedang mengiring jenazah salah seorang dari sahabatnya. Pada saat itu beliau mengenakan dua baju toga dan beliau sedang duduk bersama  para sahabatnya.  Kemudian aku mengucapkan salam pada beliau, setelah  itu aku  menuju kearah belakang beliau, aku lakukan itu untuk melihat apakah benar yang di katakan temanku, bahwa di antara pundak beliau terdapat tanda kenabian.  Ketika beliau melihat aku berada di belakangnya nampaknya beliau mengerti, bahwa aku hendak melihat sesuatu pada bagian atas beliau, maka beliaupun menjatuhkan selendang  yang berada di punggungnya, dan ternyata benar aku melihat tanda kenabian itu. Maka akupun segera mendekap beliau dari belakang dan tangiskupun tak tertahan lagi. Kemudian nabi saw. berkata padaku “kemarilah menghadap kearahku”. Akupun menuju kehadapan beliau dan menceritakan kisah perjalanku hingga bertemu dengannya, seperti yang aku ceritakan padamu wahai Ibn Abbas.

Kemudian para sahabat merasa kagum tatkala nabi menceritakan kisahnya. Walaupun pada saat itu Salman masih tetap menjadi budak, sehingga dia tidak dapat mengikuti nabi saw. di saat perang Badar yang pertama".

Salman ra berkata “Kemudian Nabi saw berkata padaku 'wahai Salman lakukanlah aqad Kitabah”. Akupun menjalankan perintah beliau dengan membayar 300  bibit pohon kurma yang aku tanam di Al- Faqir  (galian tempat penanaman bibit kurma) dan 40  auqiyyah pada majikanku. Nabi saw berkata pada para sahabat “bantulah saudara kalian!“ Merekapun membantuku sesuai dengan  kadar kemampuannya, ada yang membantu  30, 20, 15 bahkan 10 pohon kurma hingga genap menjadi 300 pohon kurma.

Nabi saw berkata padaku “pergilah, dan buatlah lubang-lubang untuk menanam bibit-bibit kurma ini. Setelah kau selesai maka datanglah padaku, dan aku yang akan menanamnya.” Aku melaksanakan perintah beliau dengan di bantu beberapa sahabatku, setelah selesai aku mendatangi beliau. Beliau bersamaku ke tempat penanaman, aku yang membawa bibit-bibit itu dan memberikannya pada beliau sedangkan beliaulah yang menanamnya hingga selesai. Sungguh, demi dzat yang menguasai diriku, tidak ada satupun pohon yang mati, sehingga aku dapat menyerahkan seluruh pohon yang telah di janjikan, namun masih memiliki hutang sebesar 40 Uqiyah.

Kemudian ada seseorang yang memberikan emas sebesar telur ayam dari sebuah tambang emas kepada Nabi Saw.  Nabi saw berkata “Di mana Salman?, apa yang sedang ia lakukan?”. Akupun di panggil untuk menghadap beliau.
Setelah berada di hadapannya, beliau berkata padaku “Wahai Salman, ambillah emas ini dan lunasi hutangmu!”

Aku berkata “Wahai Rasulullah, kenapa emas ini diberikan padaku?”Beliau menjawab “Ambillah, sesungguhnya Allah SWT. mendatangkan ini untuk melunasi hutangmu”.

Aku mengambilnya dan menimbangnya, demi dzat yang menguasai diriku, Sungguh, berat emas itu adalah 40 Uqiyah sesuai dengan hutangku, maka akupun melunasinya. Aku merdeka dan mengikuti perang Hondak bersama Nabi saw dengan status merdeka, dan selalu mengkuti perang yang di sertai Nabi Muhammad Saw.”
Di samping riwayat yang telah di sampaikan di atas masih ada lagi bukti bahwa kebenaran Nabi Muhammad Saw. dan kedatangannya sudah dipastikan oleh golongan ahli kitab, yaitu di saat Nabi Muhammad Saw. mengirim surat pada raja-raja di dunia. Tidak satupun dari mereka yang menghina surat Nabi Muhammad Saw. selain raja Kisro. Penolakan dan penghinaan Qisro tidaklah aneh karena memang dia seorang raja yang tidak memiliki ilmu dari al–kitab Injil. Lain halnya dengan raja-raja yang beragama Nasrani seperti raja Najasi, raja Habsyi, Muqauqis seorang raja di Mesir dan qoishor seorang raja di Romawi. Mereka semuanya memuliakan utusan-utusan yang membawa surat Nabi Muhammad Saw. Diantara mereka ada yang beriman seperti raja Najasyi, dan ada yang menolak dengan baik dan hampir masuk Islam seandainya tidak terkalahkan oleh kekuasaan yang disandangnya, seperti Qoishar, dan ada juga yang tetap mnganut agama lamanya. Seperti yang dilakukan oleh raja Iskandariyah, yaitu Muqouqis. Dia adalah penganut penganut nashrani.

Semua itu mereka lakukan bukan karena Nabi saw memiliki kekuasaan yang sangat besar, sehingga mereka merasa takut, akan tetapi karena mereka mengetahui bahwa al-Masih (Nabi Isa As.) telah memberi kabar gembira dengan datangnya seorang utusan yang akan datang setelahnya, dan semua sifat nabi kita yaitu Nabi Muhammad SAW sama persis dengan tanda-tanda yang mereka ketahui, oleh sebab itu mereka menyambut dengan sangat baik.Selain dua riwayat di atas, masih banyak lagi kisah yang menjelaskan bahwa sebenarnya kaum yahudi meyaqini kebenaran Nabi Muhammad saw, namun mereka enggan mengikuti ajakan beliau. Keengganan kaum Yahudi mengimani nabi Muhammad Saw adalah karena rasa hasut dan kesombongan yang ada pada diri mereka. Mereka tidak ingin nabi yang akan diutus berasal dari selain golongannya. Mereka menganggap bahwa golongannyalah yang pantas menjadi nabi. Padahal mereka telah mengetahui dari para pemuka dan pendeta-pendetanya bahwa akan datang nabi baru yang diutus. Umayyah ibn Abi Ashsolti al-Muntashir al-Aroby berkata “Sesungguhnya aku menemukan di dalam kitab-kitab Yahudi dan Nasrani sifat seorang nabi yang akan diutus di daerah kita (Makah, Arab).”

Sumber tulisan:
Buku "Lentera Kegelapan"
Sejarah Kehidupan Nabi Muhammad Saw


Karya Legendaris Siswa Tamatan Gerbang Lama Lirboyo 2010

Post a Comment

0 Comments