F 7 Fakta Pengalaman Menulis Di UC Web Media

7 Fakta Pengalaman Menulis Di UC Web Media


1. UC Web Media Tidak Seperti Kompasiana

Awalnya saya melihat bahwa UC Web Media (Selanjutnya disingkat UWM) sebagaimana Kompasiana atau Seword yang membuat para penulisnya bebas berekpresi dan berpendapat, ternyata dugaan ini salah. Pada waktu itu saya membuat opini tentang penolakan terhadap sidang isbath yang diselenggarakan oleh Kementrian Agama.

Bagi saya wacana Furu’iyyah tidak perlu dibawa dalam kancah Nasional disiarkan di TV Nasional, sebab hal tersebut hanya memperkeruh suasana bangsa dan umat beragama. Sebagaimana kita tahu bahwa di dunia ini terdapat banyak sekali qoul para ulama yang referensinya kebanyakan diambil dari kitab kuning. Ada yang solat subuhnya menggunakan qunut, ada juga yang tidak, ada yang menentukan tanggal satu syawal menggunakan melihat hilal ada juga yang menggunakan hisab.

Nah opini atau tulisan saya mengenai furu’iyyah tersebut ditolak mentah-mentah oleh UWM karena tidak mempunyai referensi sumber 'berita’. Berkali-kali saya berusaha mengedit tulisan saya agar bisa terbit, sampai tiga hari lamanya dipending oleh admin. Artinya lebaran sudah lewat, otomatis tulisan tersebut saya anggap 'basi’. Woleess... saya menyerah pada UC Web Media.

2. Tulisan Tidak Terindex Google

 Satu minggu berlalu, saya kembali masuk UWM, saya pelajari semua karakter tulisan-tulisan yang menjadi viral di UC Browser. Saya perhatikan dengan seksama dan akhirnya kembali menulis. Di terima, Yes...!! Hampir saya loncat-loncat kegirangan, dua tiga tulisan dalam satu hari saya upload dengan cepat. Yes, semua diterima, tapi..... tulisan tersebut NOL pembaca.

Lah ini bagaimana? kenapa tulisan saya tidak ada yang membaca? lalu saya cari di Google, saya ketik judul tulisan saya, TIDAK ADA !!. Waduh... Ternyata UC Web Media tidak menampilkan tulisan-tulisan baru sebagaimana Kompasiana atau Seword.com. Tulisan-tulisan yang diangkat oleh admin di beranda UC Browser ternyata hanya tulisan-tulisan ‘basi‘ temanya sudah kadaluarsa.

3. Kurangnya Informasi

Tidak banyak informasi yang saya dapatkan mengenai media satu ini, kemudian saya mencari informasi melalui Grup Facebook, di sana ada bercokol banyak penulis-penulis top yang nongkrong di UC Web Media. Saya menyimak ulasan-ulasan mereka, kemudian menyimpulkan bahwa semua tulisan yang diangkat admin ke dinding UC Browser harus diusahakan sendiri oleh para penulis agar mendapat banyak pembaca. Dalam hati, saya berbicara, kalau begini caranya mending saya membuat blog sendiri, saya share sendiri, saya upload sendiri, saya viralkan sendiri. Bila semua penulis harus ‘menjaring’ pembaca dengan usahanya sendiri, menulis di UWM sama saja dengan membuat blog sendiri. Payah !!

4. Keuntungan Dan Royalti

Masih dalam grup facebook tersebut, tiba-tiba ada seseorang yang memposting status, tulisannya sudah dibaca 250.000 orang, tapi hanya mendapat keuntungan perbulan 10 dolar atau seratus ribuan saja. ini bagaimana? Pertanyaan tersebut langsung direspon oleh beberapa orang, intinya UC Web Media sekarang tidak seperti dulu kata mereka, yang membayar royalti dihitung satu bulan sekian persen, sekarang perhitungannya bla bla bla... (Saya gak ngerti bahasa mereka he he), tapi saya simpulkan bila satu artikel dibaca 250.000 hanya mendapat untung 10 dolar saja, ngapain capek-capek nulis di UC Web Media? mending saya bikin blog sendiri lalu dapat untung dari Adsense sendiri. Tulisan saya juga terindex di Google, tidak seperti UWM yang hanya tampil di aplikasi. Dari sana saya berpikir bahwa UC Web Media bukan tempat mencari ‘duit’, Sebab faktanya banyak para penulis yang ‘kabur’ atau menghilang karena saking gemesnya terhadap UWM.


5. Opini Tidak Diterima, Konten Gambar Malah Diterima


Masih dalam forum UC Web Media, saya bertanya kepada salah seorang senior, kenapa tulisan saya tidak mendapat banyak pembaca? biasanya saya menulis di Kompasiana minimal dapat seribu pembaca, sedangkan di UC Web Media hanya dapat 100 pembaca, itu pun saya dapatkan dengan hasil jerihpayah sendiri dengan cara men-share ke grup Whatsapp, ini bagaimana??

Orang yang saya tanya terkekeh-kekeh mendapati pertanyaan saya, kata dia “Mas saya juga dulu begitu, UC Web Media memang aneh, nulis panjang-panjang udah capek ternyata tidak diterbitkan. Eh, menulis sedikit dengan mengupload gambar-gambar cewek cantik malah diterima. Orang yang saya tanya tadi menurut pengakuannya sudah 3 tahun menulis di UWM, dan dia masih bertahan disana karena ‘iseng’ dan lumayan dapat uang meskipun tidak sebesar dulu royalti-nya.


6. UC Web Media Tidak Berguna


Kesimpulannya dalam satu minggu saya hanya mampu menulis 7 artikel bertema politik di UWM, setelah itu saya kabur sekencang-kencangnya dan menganggap bahwa UWM hanyalah media 'abal-abal’ yang membodohi para penulis di Indonesia. Saking gemes dan mangkelnya, saya ingin bertanya kepada pemilik UC Browser, apa gunanya anda membuat konten UWM kalau ujung-ujungnya yang di share oleh 'admin’ hanyalah berita-berita viral dari media lain? dari tribunnews.com dari detik.com dari bintang.com, Kenapa tidak menampilkan tulisan-tulisan yang ditulis oleh para anggota UWM??

Walhasil, saya akhirnya menyatakan berhenti menulis di UWM karena bagi saya tidak ada gunanya, dan keuntungannyapun hanya 'secuil’. mungkin hanya orang-orang lama saja yang masih bertahan di UWM, yakni orang-orang yang akunnya sudah memiliki jumlah pengikut puluhan ribu pembaca.


7. Manfaat Bisa Menyimpan Backlink

Bila anda mempunyai vlog di Youtube, mungkin menulis di UWM ada banyak manfaatnya, sebab menulis di UWM bisa menyimpan backling beberapa video ke akun youtub milik kita. Apalagi akun yang sudah mempunyai puluhan ribu pengikut. wah wah wah, sekali menyimpan backlink di UWM, video youtub-nya bisa langsung viral itu. Selamat mencoba menulis di UC Web Media, semoga nasib anda tidak seperti saya yang menulis seminggu kemudian menghilang. he he.   

Post a Comment

0 Comments