F Ramalan Cak Nun Tentang Indonesia, Jokowi, dan Soal Komunikasi Sastra

Ramalan Cak Nun Tentang Indonesia, Jokowi, dan Soal Komunikasi Sastra


Saya tertarik dengan pribadi yang satu ini. Cak Nun, begitulah orang-orang memanggilnya, ia memiliki gaya komunikasi yang ‘sastrawi’ dibandingkan para sastrawan itu sendiri. Saya pernah mendengar celetukannya mengenai Al Quran. Cak Nun mengatakan, bahwa Muhammad Saw dijadikan Rosul oleh Allah karena alasan ‘Sastra’. Dahulu di jaman Emprerium Romawi, dan jaman pra Muhammad. Banyak penyair-penyair arab yang menjadi artis di klub-klub malam, diwarung-warung kopi, sastranya dibacakan disetiap hendak melakukan perang. Maka Muhammad oleh Allah dimunculkan sebagai Rosul karena didalam diri Muhammad terdapat sastra-satra yang indah. Lalu Cak Nun mengatakan, jika Muhammad dan Al-Quran merupakan sastra abadi yang paling spektakuler di dunia, lantas kapan kita belajar sastra-nya? Lah kok setiap hari hanya belajar mengkafir-kafirkan sesama orang muslim saja.

Cak Nun memang memiliki keistimewaan dalam bahasa sastrawi, tidak hanya melalui ceramah dan pidato, bahkan dalam setiap paragraf tulisannya sekalipun, sedangkan orang yang mendengar kritikannya tidak akan merasa sampai terhina, lebih kepada lelucon dan tertawa tanpa mengurangi kata-kata mutiara dan mengena.

Berikut saya sajikan ramalan Cak Nun tentang Indonesia, Jokowi dan bagaimana kritikannya terhadap pemerintah dan ilmu Sastra. Tentunya ceramah Cak Nun saya edit terlebih dahulu agar enak dibaca. Selamat Menikmati.
********
Dibawah ini isi ceramah Cak Nun
********
Pertama, yang terjadi di elite politik Nasional, sama sekali tidak seperti yang anda baca di Koran atau anda dengarkan di Televisi.

Kedua, Apakah presiden (Jokowi) berkuasa? Tidak, Apakah Megawati berkuasa? Tidak. Apakah anak-anaknya Megawati akan berkuasa? Akan semakin tidak

Terus siapakah yang berkuasa? yang berkuasa (adalah mereka yang namanya) tidak pernah muncul di media masa. Mereka (yang berkuasa saat ini sedang) membutuhkan ketidakpastian dari para pelaku dipanggung (politik) untuk di adudomba sedemikian rupa.

Nah siapakah yang mengadu domba? yang mengadu domba (adalah yang) sedang bertarung diantara mereka, jadi nanti ada sekala globalnya. Nah yang berkuasa di Indonesia ini antara Yahudi timur, berarti China atau Barat. Dan pada lima Tahun yang akan datang (Tahun 2024) Indonesia akan dipertaruhkan antara bisa menjadi bangsa yang mulai bangkit atau menjadi bangsa ‘jongos’. Siapakah yang menguasai Indonesia ini? Tentunya adalah para pemilik modal baik di tingkat Nasional maupun tingkat Internasional.

Tentunya mereka juga bertarung satu sama lain tapi mereka ada ras nya. yang paling dominan bermain adalah orang-orang yang datang ke Nusantara sejak abad ke 13, tetapi sampai hari ini mereka masih dianggap “Tamu” secara kultural di Indonesia. Jadi ada orang yang kerja lalu kayaraya di negara ini tapi masyarakat Indonesia masih menganggap mereka sebagai “Tamu”. Secara istilah belum pantas menjadi “gubernur”.

Padahal dialah yang nanti akan diangkat sampai ke puncak oleh “konspirasi” itu, karena nanti yang diciptakan (oleh mereka) adalah sistem-sistem yang menguntungkan antara “roti dan keranjang-keranjang” mereka, (dan untuk sampai tingkat ini, mereka akan) bekerjasama dengan konspirasi Internasional.

Jadi kamu jangan melihat Indonesia ini seperti yang kamu lihat sekarang, banyak hal macem-macem di Indonesia ini yang kamu tidak tahu. Ada banyak faktor, banyak generasi baru (keturunan “tamu” tadi), banyak kader dan level-level yang bisa merubah bangsa Indonesia (kedepannya). Jadi jangan kalian pikir Indonesia akan berjalan percis seperti yang kalian skenariokan. Ada arus yang sedang menuju kematian (maksudnya keturunan Pribumi), dan ada arus yang sedang bangkit menjadi kader manusia nusantara yang baru, yang (jumlahnya akan) semakin banyak, dan usia mereka dalam 10 tahun lagi adalah usia pemimpin ditingkat-tingkat yang bermacam-macam.

Singkat kata, anda jangan membenci Jokowi, jangan membenci Megawati jangan membenci siapapun yang terlihat (saat ini) sedang “berkuasa”. Tapi anda harus “kasihan” kepada mereka. Dan doakanlah Jokowi yang terus-menerus mendapatkan 'tekanan’, agar segera dibebaskan dari  tekanan-tekanan dan berharap semoga dia tidak su’ul khotimah.

Anda ngerti bukan kalau SBY itu selalu ragu? Nah kalau Jokowi itu gak ngerti apakah harus ragu atau harus tegas. Jadi masih mending Jokowi lah, kalau dulu masih ragu, Presiden sekarang tidak bisa menentukan. Untuk itu saya yakin orang Indonesia tidak akan terpengaruh dengan segala perubahan ini. Anda punya kedaulatan sendiri, anda punya kemandirian sendiri, anda punya keyakinan hidup dan semkin hari anda semkin tenang dengan keyakinan anda. Dan rakyat Indonesia semakin hari semakin tidak tergantung kepada pemerintahannya. (Sebagaimana) Dollar mau naik sampai 18.000 juga tidak akan berpengaruh bagi rakyat Indonesia.

Menjadi Presiden itu (syaratnya) harus tau apa yang harus dilakukan dan apa yang harus ditegasi. Lah presiden kita ini (Jokowi -red) tidak tahu apa-apa, bukankah ini menggembirakan? tidak ada bangsa yang mendapat hiburan sebagaimana kita (bangsa Indonesia). Di dalam Islam itu ada yang namanya ushlub, itu diplomasi tingkat tinggi, dibawahnya lagi ada ilmu balaghoh, itu ilmu komunikasi sehari-hari. Lah Presiden kita ini ngerti balaghoh saja tidak nyampe. bagaimana (cara) berbicara dengan Amerika, bagaimana (cara) ngomong kepada Singapura, karena (dia) tidak mempunyai ilmu Ushlub, dia sangat lugu sekali, ngertine kalau mebeu itu  ya..mebeul, kalau kayu ya... kayu. Jadi tolong anda jangan membenci (Jokowi) tapi anda harus kasihan dan berempati (kepada Jokowi), berdoa setiap hari mudah-mudahan beliau segera dibebaskan dari segala macam tekanan-tekanan. Supaya hidupnya tentram, keluarganya tentram, istrinya tidak cemas dan anak-anaknya juga selamat dari marabahaya. (*)

Rekaman audio lengkapnya bisa anda dengarkan di sini