F Ketika Aku Bertemu Isa, Musa, Muhammad

Ketika Aku Bertemu Isa, Musa, Muhammad



Nabi Isa mengayunkan rantainya tepat ke arahku, antara kami berdua terdapat jurang menganga…

Nabi isa berkata “Peganglah rantai itu”.

Tapi aku takut, aku takut jika memegang rantai itu, aku ditarik lalu terdorong masuk jurang.

“Tidak, tidak wahai Ruhullah, aku tidak bisa memegangnya”.

“Kenapa?”

“Aku takut”

Nabi Isa tersenyum lebar “Baiklah kalau begitu, tunggu saja, nanti ada waktunya kau mendapatkan petunjuk itu”

Aku terbangun, itulah untuk kali pertama aku bermimpi aneh, tidak pernah aku bermimpi semisterius itu.

Hari-hari berikutnya, sebagaimana wanita lainnya di Arizona, aku melakukan rutinitas seperti biasa, pergi ke gereja setiap hari minggu, sedapat mungkin kulakukan itu, meski banyak teman yang mengajakku keluar, berpesta menenggak minuman setan. Tapi ada yang mengganjal dihatiku, setiap kali aku pergi ke perpustakaan, selalu yang kutemukan adalah buku-buku mengenai islam, tentang bagaimana mereka menyembah tuhannya dengan cara membersihkan lebih dahulu anggota tubuhnya, kemudian aku menerjemahkan pula surat al Fatihah yang begitu indah maknanya. Berkali-kali aku dibuat terkesima, takjub akan ajaran Muhammad yang begitu sempurna.

Di dalam kamarku, selain terdapat bunga hias, terdapat pula beberapa lukisan dan kayu salib yang menggantung diatas jendela. disampingnya kuletakan lukisan Musa. Malam itu aku bermimpi, tapi bukan Isa, lebih seperti melihat lukisan Musa yang menggantung di dalam kamarku, didalam lukisan itu, Musa tersenyum kepadaku. Dia berkata “ikuti kata hatimu.”

Aku terbangun, kaget, dan melihat lukisan Musa yang menggantung itu, aku melihatnya terdiam membisu tak bergerak sedikitpun, ku dekati lukisan itu, kuperhatikan baik-baik. sama sekali tak bergerak, aku terheran-heran, apakah aku bermimpi ataukah ini nyata terjadi?

Hari berlalu begitu saja, diam-diam aku mempelajari Islam dan menyatakan kekagumanku selama ini, hingga suatu hari, ketika hatiku berpikir masuk kedalamnya. Tak ku sangka, kedua kalinya Isa muncul dalam mimpiku, di tangannya ada selembar tiket pesawat, dengan tersenyum ia berkata “Linda, kamu harus melakukan perjalanan ini.”

Aku kebingungan dengan pernyataan Isa. “Wahai Isa, kemana saya harus pergi?”

Dengan bijak Isa berkata “Linda, nanti kamu akan mengerti, ambil tiket ini dan masuklah kedalam pesawat, jangan takut aku akan duduk dibelakangmu.”

Aku terbangun, ini benar-benar aneh, aku tak tahu apa maksud dari semua ini. Ketika aku memutuskan bulat-bulat untuk mengucapkan dua kalimat syahadat. Pada malam berikutnya aku bermimpi duduk di atas batu besar. Di dalam hutan tepatnya, gelap, sungguh amat pekat, tapi disana, terdapat semburat cahaya kecil yang menerobos dedaunan.

Tiba-tiba, seorang lelaki datang menghampiriku, ia memakai jubah coklat, dengan wajah tertunduk ditutupi surban, aku mengamatinya, memperhatikannya, tapi tak bisa kulihat wajahnya. Kuyakinkan bahwa itulah Nabi Muhammad Saw. Beliau mengulurkan tangannya, lalu menggandeng tanganku mengikuti arah semburat cahaya itu.

Sejak hari itu aku masuk Islam….

__________________________

Tulisan ini terinspirasi dari kisah Linda Al-Saigel yang telah di filmkan berjudul "Linda & Ali: Two Worlds Within Four Walls" yang disutradai oleh Lut Vandekeybus dari Belgia

Tulisan ini pernah di terbitkan di Kompasiana

__________________________

Sumber : Di sini 

Post a Comment

1 Comments