F Mengenang KH. Uni Hasuni Saketi Pendakwah yang tak Kenal Lelah

Mengenang KH. Uni Hasuni Saketi Pendakwah yang tak Kenal Lelah


الَّذِي خَلَقَ الْمَوْتَ وَالْحَيَاةَ لِيَبْلُوَكُمْ أَيُّكُمْ أَحْسَنُ عَمَلًا وَهُوَ الْعَزِيزُ الْغَفُورُ

“Dialah Allah yang menciptakan kematian dan kehidupan, untuk menguji siapa diantara kalian yang terbaik amalnya”. [QS. Al-Mulk:2]

Innalillahi wa inna ilaihi rojiun. Telah berpulang ke rohmatullah salah satu putra terbaik dari keluarga kami KAKANDA KH.UNI HASUNI BIN KH.M.DJUFRI Rabu 12 Juli 2017 jam 5.30 pagi. Semoga Allah meridloi nya..

Entah berapa tetes linangan airmata membasahi pipi saya ketika mendengar kabar duka ini. Sesungguhnya, masa kecil saya banyak dihabiskan bersama beliau..

Bukan sekali dua kali, cerita dan dongeng yang beliau ceritakan kepada saya tentang arti hidup. Masih teringat olehku, dongeng yang diceritakan oleh beliau, ada seorang santri yang pelit, dia baru saja dapat kiriman kue dan makanan dari orang tuanya, akan tetapi sampai larut malam, maknan itu belum juga dibuka apalagi dibagikan kepada teman-teman nya, karena saking pelitnya, dia menunggu teman-temannya untuk tidur duluan, setelah semua santri tidur, dia membuka makanannya, keluar asrama dan makan di luar, angin begitu kencang, ketika kue baru mau dimasukan ke dalam mulut ada angin kencang menampar kue nya, debu kue bertebaran dan masuk ke mata, dia menangis dan meminta bantuan teman-temannya karena dia mengira matanya telah buta, teman-temannya lalu memeberinya nasihat bahwa seorang santri harus banyak berbagi kepada teman, tidak boleh pelit.

Saya juga sering diajak berdakwah oleh beliau, ke Malingping contohnya, sebuah daerah yang sangat jauh dari kampung halaman kami, ketika pulang, waktu masih menunjukan jam dua malam, beliau membelokan mobilnya ke perkebunan kelapa sawit untuk mengambil jamur untuk dimasak di rumah, katanya, jam dua malam jangan pulang dulu, solat Isya' dulu di Jalan, Subuh baru pulang, kalau pulang jam dua malam, bukannya solat subuh atau Isya' nanti malah tidur, Masya Allah, beliau begitu memperhatikan solat.

Dalam perjalan dakwah itu, beliau selalu memberi pelajaran kepada saya tentang arti hidup dan kehidupan. Ah, rasanya saya terlalu banyak menerima ketimbang memberi, sayangnya di usia yang masih tergolong muda, umur 46 tahun, beliau meninggalkan anak yang masih kecil-kecil, beliau sudah dipanggil oleh Allah..

Rasanya baru kemarin saya ngopi dan tertawa bersama, sekarang beliau sudah tiada. tulisan ini sekedar mengingatkan jiwa saya sekaligus mengucapkan banyak terimakasih kepada beliau, atas jasa-jasanya selama ini. Sesungguhnya, dari beliau lah, saya belajar ihlas, dan belajar berjuang untuk agama dengan cara ihlas tanpa pamrih, jangan meminta bayaran sekian sekian kata beliau, ceramah walaupun jauh, hanya dapat pesangon untuk uang bensin saja, jangan pernah mengeluh, terus berdakwah dan berjuang, walaupun suara sudah serak dan habis, terus lanjutkan saja.

Beliau juga mengajarkan saya untuk berdagang mencari nafakah walaupun berjualan di pinggir jalan atau menanam cabe yang kecil sekali pendapatannya, beliau mengajarkan agar menjadi manusia itu jangan gengsian, sebab Rasulullah tidak pernah gengsi menjadi pedagang, bahkan menjadi buruh, suruhan Siti Khodijah, akan tetapi karena kejujuran Nabi dan sifat tidak gengsian, Nabi malah dijadikan suami oleh Khodijah, majikannya sendiri. Allahuakbar

Begitu banyak pelajaran hidup yang beliau ajarkan kepada saya..

Pada bulan Ramadlan, beliau di operasi karena penyakit Hernia, setelah lebaran, tidak seperti biasanya, beliau datang kerumah saya dan menceritakan bahwa beliau dipanggil oleh seseorang di atas langit, diatas langit ada rumah mewah dan besar, mungkin beliau juga merasakan bahwa umurnya tidak lama lagi di dunia ini, dan benar saja, hanya beberapa minggu setelah lebaran itu, pada hari Rabu, tepat pada subuh pagi, beliau mengambil air wudlu dan memerintahkan anak-anak dan santri-santri nya untuk siap-siap mengaji, karena beliau kelelahan aihirnya ketiduran di kamar, dan beliau menghembuskan nafas terakhirnya, bibirnya tersenyum bahagia, para pelayat datang silih berganti dari berbagai penjuru. Allahuakbar... semoga beliau ditempatkan di tempat sebaik-baiknya tempat.

فَإِذَا جَاءَ أَجَلُهُمْ لَا يَسْتَأْخِرُونَ سَاعَةً وَلَا يَسْتَقْدِمُونَ

“Maka jika datang waktu kematian, mereka tidak bisa menunda atau mendahulukannya sedetikpun,”[QS. An-Nahl: 61].

Post a Comment

0 Comments