F Wafatnya Khodijah, dan Pasca Hijrah Ke Habasyah, Menikahi Saudah

Wafatnya Khodijah, dan Pasca Hijrah Ke Habasyah, Menikahi Saudah

Tiga tahun sebelum hijrah, setelah nabi keluar dari pemboikotan, Khadijah Binti Khuwailid ra meninggal dunia. Pada tanggal 17 Ramadlan dalam usia 65 tahun di Makkah,  tepatnya sebelum diwajibkan Shalat Lima waktu. Sepuluh tahun setelah kenabian, pada umur 65 th.  Ia di makamkan di daerah Hujun(-,HF), Nabi saw mengiringi prosesi pemakaman Khadijah. Nabi tidak menshalati Khadijah, karena pada waktu itu belum disyariatkan.

Diriwayatkan dari Imam Ahmad, Bukhori, muslim, Turmudi dan Nasai dari Hisyam bin Urwah dari Bapaknya, dari Abdullah bin Ja’far dari Ali bin Abi Thalib ra. Ali berkata "Maryam binti Imron adalah perempuan terbaik di zamannya, begitu pula Khadijah Binti Khuwailid, dia adalah wanita terbaik dizamannya".

Bukanlah hal yang berlebihan jika Nabi Saw sangat mencintai Khadijah. Sebab, Khadijah adalah orang pertama yang membenarkan apa yang telah dibawa nabi dari Allah Swt. Dia orang yang sangat mencintai dan melindungi Rasul dari kaum kafir yang berusaha menyakiti beliau. Khadijah mampu melindungi Nabi Saw karena dia adalah orang terpandang dari bani Asad.

Khadijah adalah istri pertama Nabi Saw. Sebelum Rasulullah, Khadijah telah menikah dengan dua kali. Laki-laki pertama yang menikahi Khodijah adalah Atik bin A id bin Abdullah bin Umar bin Mahzum

Dari perkawinan ini, Khadijah di karunia seorang putri yang bernama Ummu Muhammad bin Shofiy al-Makhzumy.

Kemudian Khadijah menikah yang kedua dengan Abu Halah Malik bin An-Nabsyi bin Zararah bin Wuqdan bin Habib bin Salamah bin  Ady, salah satu keturunan Umar bin Tamim, lantas ia meninggal dunia pada zaman Jahiliyyah.

Dari perkawinan ini Khadijah dikaruniai anak perempuan yang bernama Halah dan laki-laki yang bernama yang bernama Hindun bin Abi Halah. Menurut penuturan az-Zubair menuqil dari pendapat ibnu Qotadah, ibnu Sa’id dan Abu Umar, Hindun hidup sampai zaman Rasulullah bahkan tinggal di Rumah beliau dengan memeluk agama islam bersama ibunya dan terbunuh pada perang Jamal  . dan sebagian pendapat, ia meninggal dunia kerena wabah Tho’un di Bashroh

Nabi Saw menikah dengan Khadijah dalam usia 25 tahun, sedangkan Khadijah berusia 40 tahun. seluruh putra-putri nabi -kecuali Sayyid Ibrahim - merupakan buah dari pernikahan dengan Khodijah ra.

Putri tertua adalah Zainab. Ia menikah dengan Abu al-Ash bin Rabi pada zaman jahiliyah. kemudian Umamah yang dinikahi Ali bin Abi Thalib setelah wafatnya Fatimah Ra., Ruqoyyah istri pertama Utsman bi affan. Ruqoyyah menikah dengan Utsman di makkah sebelum hijrah dan ikut hijrah ke Habsyi. Ummi kultsul, istri kedua Utsman. Utsman menikahi Ummi kultsul di madinah setelah wafatnya Ruqoyyah RA., Fathimah Az-Zahra yaitu Putri bungsu Nabi Saw, istri Ali bin Abi Thalib ra.

Nabi Saw juga dikarunia beberapa putra dari Khadijah yang meninggal ketika masih kecil. Putra-putri Nabi Saw wafat mendahului beliau, kecuali  Fathimah. Fathimah wafat tidak berselang lama setelah Nabi Saw pulang ke rahmatullah.

Selain itu, Nabi Saw juga memiliki putra yang selalu dijadikan nama panggilan beliau yaitu abal qosim. Dia adalah Qosim. Dan juga abdullah, yang diberi julukan At-Thoyib dan At-Thohir yang berarti suci.

Nabi sangat merasa kehilangan atas wafatnya Khadijah. Tahun tersebut dinamakan dengan amul huzni (tahun duka cita) karena di tahun ini nabi kehilangan dua orang yang sangat dicintainya, yaitu Abi Thalib (paman nabi) dan Ummul Mukminin, Khadijah ra.

Kedua orang ini merupakan benteng  dakwa Nabi Saw. Abi Thalib sebagi perisai dakwah sedangkan Khadijah adalah seorang isteri yang selalu setia menemani Rasul dalam berdakwah, tidak ada wanita sebaik dia. Sehingga, ketika keduanya telah tiada maka tekanan demi tekanan yang dilancarkan kaum quraisy semakin berat.

Sebelum keduanya meninggal, kaum quraisy tidak berani menghalangi Nabi Saw secara terang-terangan. karena bagi mereka Abi Thalib dan Khadijah merupakan orang yang terpandang dan  memiliki derajat tinggi di antara kaumnya.

Setelah Khadijah meninggal, Rasulullah sering menyebut-nyebut namanya dan memujinya. Suatu ketika, beliau teringat kepada Khadijah, sehingga membuat Aisyah cemburu.

Aisyah berkata pada nabi “betapa seringnya anda mengingat (menyebut-nyebut) Khadijah, bukankah Allah telah menggantikan yang lebih baik darinya untuk anda?" Beliau menjawab “Allah tidak menggantikan wanita yang lebih baik darinya untukku, ia beriman kepadaku disaat orang lain ingkar, ia mempercayaiku disaat orang lain mendustakan, ia menolongku dengan hartanya disaat orang lain tidak ada yang menolong. Dan Allah telah mengkaruniakan kepadaku putra (dari hasil perkawinan dengan)nya sedang wanita-wanita lain tidak".

  Qutaibah bin Sa’id berkata, diceritana kepadaku, Muhammad bin Fudlail dari ‘Imarah dari Abi Zar’ah dari Abi Hurairah ra. Berkata: Suatu ketika jibril datang menemui nabi. jibril berkata "wahai Rasulullah! Ini Khadijah akan datang sambil membawa wadah yang berisi lauk pauk, makanan dan minuman. jika dia telah menemuimu, maka sampaikan padanya bahwa Allah swt dan aku mengucapkan salam untuknya. Sampaikan juga berita gembira, bahwa dia kan mendapatkan sebuah rumah di dalam surga yang terbuat dari mutiara, yang didalamnya tidak ada kebisingan dan kesusahan."

MENIKAHI SAUDAH

Masih pada bulan yang sama, yakni pada bulan dimana siti Khadijah RA wafat, Nabi Saw menikah dengan Saudah Binti Zum'atul Amiriyyah. Saudah Binti Zum'atul Amiriyyah termasuk dari keturunan Quraisy.

Pernikahan tersebut terjadi setelah suami Saudah meninggal dunia. Suaminya merupakan putra pamannya sendiri yang bernama As-sakarna Bin Umar

Saudah telah beriman kepada Allah Swt dan Rasulnya, walaupun keluarga dan anak keturunan pamannya berbeda faham dengannya. Dia hijrah bersama suaminya ke Habsyi kedua karena takut terjadinya fitnah terhadap agamanya. Setelah kembali dari Habasyah, suaminya meninggal dunia, setelah sampai dimakkah.

Tidak ada perlakuaan pada para istri sahabat yang lebih baik dari pada perlakuan yang diberikan Nabi Saw. Seandainya saja Saudah dibiarkan tinggal bersama kaumnya yang kasar dan sangat membeci Islam, niscaya akan menimbulkan fitnah baginya dan agamanya.

Saudah tergolong orang terpandang, sehingga, ketika suaminya meninggal dunia maka tidak seorangpun yang berani untuk menikahinya kembali. Kalaupun ada yang mau  menikahinya, maka haruslah berasal dari keluarga yang sepadan.

Ketika Khodijah wafat, Khoulah binti Hakim -dia adalah istri Utsman ibn Madzun- mendatangi Rosululloh seraya berkata “Wahai Rasulullah, apakah anda tidak ingin menikah?”. beliau menjawab “ dengan siapa?”. “anda menginginkan seorang gadis atau janda ?” kata  Khoulah. “Kalau Gadis, siapa?” tanya beliau. Khoulah menjawab “ia adalah seorang yang lebih mencintaimu daripada makhluk Allah yang lain, dia adalah Aisyah, putri Abu Bakar”.  “Kalau janda, siapa?” Tanya beliau kembali. Khoulah menjawab “kalau janda, ia adalah Saudah binti Zam’ah, wanita yang telah beriman dan mengikutimu”.

Kemudian Nabi Saw menyuruh Khoulah untuk menghubungi keduanya. Ia pun berangkat menuju kediaman Abu Bakar. Khoulah berkata pada Ummu Ruman, istri Abu Bakar “wahai Ummu Ruman, Allah telah menganugerahkan kebaikan dan berkah padamu !” mendengar ucapan Khaulah, Umu Ruman merasa penasaran, ia bertanya “Apa maksudmu,wahai khaulah?”. Khoulah menjawab “Aku di utus oleh Rasululloh Saw untuk meminang Aisyah”. Ummu Ruman berkata “Tunggulah sampai Abu Bakar datang”.

Setelah Abu Bakar datang, Khoulah pun berkata padanya “ Wahai Abu Bakar Allah telah menganugerahkan kebaikan dan berkah padamu!”. Abu Bakarpun bertanya “apa itu?”. Khoulah menjawab “ Rasulullah telah mengutusku untuk meminang Aisyah.” Mendengar kabar yang begitu menggembirakan, Abu Bakar merasa bahwa itu anugerah yang terlalu agung baginya. Abu bakar berkata dengan nada merendah “Apakah Aisyah pantas untuk beliau ! dia hanyalah seorang putri dari saudara beliau?”.

Setelah berbincang-bincang dengan Abu Bakar, Khoulahpun pulang menemui Rasululloh. Ia menceritakan hal tersebut pada beliau. Rosululloh Saw menyuruh Khoulah kembali menemui Abu bakar dan mengatakan padanya bahwa beliau dan Abu Bakar adalah saudara yang disatukan Islam, dan puteri abu bakar memang pantas untuk beliau.

 Khoulahpun melaksanakan perintah Nabi Saw. Ketika bertemu Abu Bakar, Khoulah menyampaikan apa yang telah di katakan Rasululloh Saw. Abu Bakar menyuruh Khoulah untuk menunggu jawabannya. kemudian Abu Bakar keluar, di selah-selah kepergian Abu Bakar, Ummu Ruman bercerita pada Khoulah bahwa Mut’im ibn ‘Ady  telah membicarakan dengan Abu Bakar mengenai Aisyah dengan puteranya.   Demi Allah Abu Bakar tidak pernah mengingkari janji sama sekali.

Abu bakar lantas menemui Mut’im ibn Ady(E79E (F 9/J) sedangkan isteri Mut im yang bernama Ummu Shoby berada di sebelahnya. Isterinya  berkata  wahai Ibni Abu Quhafah, apakah kamu mau merusak persaudaraan kita? Dengan cara menikahkan putrimu dengan puteraku jika suamiku masuk islam . Abu bakar bertanya kepada Mut’im “apakah aku penah mengatakan perkataam ini?” “itu adalah perkataan istri saya sendiri”Jawab Muth’im. kemudian lantas Abu Bakar pulang, dan Allah telah menghilangkan semua beban yang selama ini ia anggap sebagai janji. Setelah bertemu dengan Khoulah yang telah menunggu. Abu Bakar meminta untuk mengundang Rasululloh Saw ke rumahnya. Khoulah pulang dan menyampaikan pada beliau. Setelah beliau bertemu dengan Abu Bakar. Beliau dinikahkan dengan Aisyah.

Setelah kejadian itu, Khoulah pergi menemui Saudah binti Zam’ah. Di hadapan Saudah, Khaulah menyampaikan maksud kedatangannya, bahwa Rasululloh saw mengutus dia untuk menyampaikan bahwa beliau akan meminangnya.

Mendengar hal itu Saudah sangat gembira. namun ia meminta  Khoulah untuk menemui Abu Bakar selaku orang yang lebih tua  untuk di mintai pendapat.  Setelah bertemu dengan Abu Bakar, ia lantas menyampaikan apa yang menjadi amanatnya . Abu Bakarpun menjawab bahwa Rasululloh saw adalah orang yang sepadan dengan Saudah. Abu bakar juga menanyakan tentang tanggapan Saudah. Khoulah menjelaskan bahwa Saudah menyetujuinya. Abu Bakar menyuruh Khoulah untuk memanggil Saudah.

Saudahpun datang menemui Abu Bakar atas permintaannya. dan beliau mendengar langsung dari Saudah, bahwa dirinya bersedia menikah dengan Nabi Muhammad Saw, Rosulullohpun datang lantas beliau dinikahkan dengannya.

    Kisah di atas menunjukkan, bahwa Nabi Muhammad saw menikahi Saudah setelah Aisyah.



**Sumber tulisan:

Buku "Lentera Kegelapan"
Sejarah Kehidupan Nabi Muhammad Saw
Karya Legendaris Siswa Tamatan Lirboyo 2010

Post a Comment

0 Comments