KEMBALINYA KAUM MUHAJIRIN
Setelah Tiga bulan di Habasyah (Etiopia), kaum muhajirin kembali lagi ke Makkah.
Peristiwa ini berawal, ketika orang-orang musyrik melihat keadaan Nabi Saw dan para sahabatnya. Mereka berkomentar "seandainya Muhammad berkata yang baik tentang tuhan-tuhan kita, niscaya kita akan membiarkan dia dan sahabat-sahabatnya. Akan tetapi, dia tidaklah berbeda dengan orang-orang Yahudi dan nasrani. Mereka semua selalu melontarkan cacian pada berhala-berhala kami".
Pada saat itu Rasulullah saw sangat bersedih melihat penindasan yang menimpa sahabat-sahabatnya. beliau juga prihatin terhadap pendustaan musyrikin serta kesesatan mereka. beliau selalu berharap mereka akan mendapatkan hidayah.
Syahdan, suatu hari pada bulan Romadlon di tahun yang sama (tahun kelima setelah bi'tsah), saat beliau membaca surat an-Najm dengan tartil (tidak cepat), ketika sampai pada ayat;
Artinya: "Maka Apakah patut kamu (hai orang-orang musyrik) menganggap Al Lata dan Al Uzza. Dan Manah yang ketiga, yang paling terkemudian (sebagai anak perempuan Allah)?" (QS. Surat an- Najm 19-20)
Pada saat beliau berhenti membaca untuk bernafas dengan liciknya syaitan melontarkan kalimat:
Artinya: "Dan sesungguhnya mereka mereka (Al Lata dan Al Uzza. Dan Manah) itu adalah Gharaniq (jama' dari lafadz Ghurnuq, yang memiliki makna burung, maksudnya adalah para malaikat) yang mulia. mereka itu bisa memberi pertolongan".
Dengan suara merdu dia meniru suara Nabi Saw, sehingga orang di dekat beliau menyangka kalimat itu memang dari beliau. Kemudian Syetan menyebarkan luaskan kalimat itu, dan merasukkannya ke setiap hati musyrik di Makkah. Meledaklah obrolan mereka, sehingga merekapun berbahagia.
Musyrik Makkah berkomentar "sungguh Muhammad telah kembali ke agama kita". Ketika Nabi sampai pada akhir surat, beliau sujud. Namun sujud beliau diikuti semua orang musyrik kecuali orang yang sangat tua yang tidak mampu melakukan sujud yaitu al-Walid ibn mughiroh dan Aba Ahaihah , dia tidak langsung bersujud bahkan mengambil debu diletakkan di telapak tangannya kemudian sujud padanya.
Kedua kelompok ( muslimin dan musyrikin) merasakan hal yang aneh, di saat sujud bersama. Terutama orang-orang muslim, mereka heran kenapa kaum musyrikin mengikuti sujud Nabi saw. Hal ini tidaklah aneh, karena mereka memang tidak mendengar apa yang dilontarkan syetan, sebagaimana yang katakan Musa bin Uqbah . Sedangkan orang musyrik hal yang menajubkan dikala ketenangan memenuhi jiwa mereka di saat sujud bersama Nabi Muhammad Saw.
Di saat Nabi Saw mengetahui semua ini, beliau sangat bersedih, lalu Allah menurunkan ayat:
Artinya: "Dan Kami tidak mengutus sebelum kamu seorang Rasul dan tidak (pula) seorang Nabi, melainkan apabila ia mempunyai sesuatu keinginan, syaitanpun memasukkan godaan-godaan terhadap keinginan itu, Allah menghilangkan apa yang dimasukkan oleh syaitan itu, dan Allah menguatkan ayat- ayatNya, dan Allah Maha mengetahui lagi Maha Bijaksana".
Berita ini tersebar luas, hingga sampai negara Habasyah. Kaum muhajirinpun mendengar berita ini, mereka menyangka bahwa Quraisy sudah masuk islam.
Ibn Ishaq menyebutkan, ketika kaum muslimin di negara Habasyah mendengar bahwa penduduk Makkah masuk islam, ditambah lagi kabar sujudnya al-Walid ibn al-Mughiroh dan Aba Ahaihah (#(' #-J-)) di belakang Nabi saw. Maka Di antara mereka berkata: "terus siapa lagi penduduk mekkah (yang akan menyakiti muslimin), jika mereka semua telah masuk islam?!" mereka menjawab: "keluarga kita masih sayang pada kita."
Akhirnya mereka memutuskan untuk pulang ke bumi pertiwi. Siang hari ketika sudah mendekati Makkah, mereka bertemu rombongan dari daerah Kinanah. Muslimin bertanya perihal tentang Quraisy. Rombongan itu berkata "menurut orang Quraisy, Muhammad telah menyebut berhala-berhala mereka dengan sebutan yang baik. sehingga Quraisy pun mau mengikutinya. Namun, kemudian Muhammad kembali mencaci sembahan mereka, dan hal itu membuat Quraisy kembali berbuat jahat". Demikianlah kabar terakhir yang mereka dapat sebelum meninggalkan makkah.
Mendengar penuturan rombongan Kinanah, kaum muslimin bermusyawarah, dan hendak kembali lagi ke Habasyah. Dikarenakan jarak yang sudah begitu dekat, akhirnya diputuskan, mereka akan tetap masuk kota makkah, guna melihat apa yang sebenarnya terjadi. Mereka sepakat setelah menengok keluargannya, mereka akan kembali lagi ke Habasyah.
Kaum muslimin sampai di Makkah pada bulan Syawwal masih di tahun yang sama. mereka bisa menetap di sana dengan aman. Ada yang karena mendapat jaminan keamanan atau karena dilakukan sembunyi-sembunyi kecuali Ibnu Mas'ud, dia hanya sebentar tinggal di Makkah, kemudian kembali lagi ke Habasyah
Tinggal di Makkah bukanlah hal mudah bagi mereka, sebagaimana keadaan sebelum pindah ke Habasyah, bahkan kali ini lebih parah, melihat masih begitu sedikit jumlah mereka serta sangat buruknya keadaan yang menimpa mereka. padahal mereka termasuk pemuka-pemuka Quraisy. Mereka hidup bersama istri-istri dalam kondisi yang tidak layak bagai 'di negara asing'.
Sebagian ahli sejarah mencoba mendustakan hal-hal diatas, yang menjadi sebab kembalinya kaum muhajirin ke Makkah. Pernyataan semacam ini tidak pantas diriwayatkan kecuali oleh orang-orang dungu, yang mengambil keterangan tanpa mempertanggungjawabkan kebenarannya.
Oleh karena itu, kami menyusun dalil-dalil naqli dan dan aqli untuk membatalkan keterangan yang telah mereka paparkan. hadits yang telah mereka sebutkan terdapat kerancauan matan dan sanadnya. Untuk sanad –seperti ungkapan Al-Qodli Iyadl dalam kitab As-Syufa’- tak seorangpun dari ahli Tashih dan perawi adil yang mentakhrij dan meriwayatkan hadis ini dengan sanad yang salim, dari segi matan hadits.
Tidaklah gila, baik para sahabat atau orang musyrik sehingga mereka mendengar pujian di sela-sela celaan. Karena setelah menyebutkan berhala-berhala itu beliau nabi saw. membaca
Artinya: Itu tidak lain hanyalah Nama-nama yang kamu dan bapak-bapak kamu mengadakannya; Allah tidak menurunkan suatu keteranganpun untuk (menyembah) nya. Mereka tidak lain hanyalah mengikuti sangkaan-sangkaan, dan apa yang diingini oleh hawa nafsu mereka dan sesungguhnya telah datang petunjuk kepada mereka dari Tuhan mereka.
Alur ceritanya tidak teratur, seandainya memang benar terjadi, niscaya orang-orang kafir telah menjadikannya sebagai hujjah yang kokoh. sebab, Sebagaimana yang telah kita ketahui. Mereka adalah orang-orang yang gemar menentang, meski dengan hujjah yang paling lemah sekalipun!, Apa lagi dengan permasalahan ini. Karena pernyataan diatas tidaklah berbeda dengan yang di katakan oleh orang- orang Yahudi pada saat pemindahan qiblat kearah Ka'bah. Sehingga Allah menyebut mereka sebagai orang-orang yang bodoh dalam surat Al-Baqoroh
Artinya: ”Orang-orang yang kurang akalnya diantara manusia akan berkata: "Apakah yang memalingkan mereka (umat Islam) dari kiblatnya (Baitul Maqdis) yang dahulu mereka telah berkiblat kepadanya?" Katakanlah: "Kepunyaan Allah-lah timur dan barat; Dia memberi petunjuk kepada siapa yang dikehendaki-Nya ke jalan yang lurus”.
Tetapi tidak pernah didengar seorangpun dari mereka, atau orang-orang yang menampakkan permusuhan pada islam yang mengatakan “kamu(Muhammad) mencaci tuhan-tuhan kami setelah memujinya!". Padahal mestinya hal ini lebih mudah bagi mereka daripada menghunus pedang.
Sebagian ahli sejarah yang mengambil keterangan ini, sebagai sebab kembalinya kaum muhajirin dari Habasah mengungkapkan bahwa hijrah ke Habasyah terjadi pada bulan Rajab dan kembali ke Makkah pada bulan Syawal, sedangkan turunnya surat An-Najm pada bulan Ramadlan, itu berarti waktu antara turunnya surat dengan kembalinya kaum muhajirin adalah satu bulan.
Orang yang mau berpikir sedikit saja, niscaya akan menyatakan bahwa, saat itu, masa satu bulan tidak mungkin cukup untuk pulang pergi Habsyi-Makkah, karena saat itu belum ada kapal cepat dan juga belum ada telegrap yang bisa menyampaikan dengan cepat berita Islamnya Quraisy kepada orang-orang yang berada di Habasah.
Maka tidak heran jika kami menyatakan bahwa cerita ini hanyalah bagian dari dongeng yang dibuat-buat oleh orang-orang yang menuruti nafsu. Mereka adalah cobaan dari Allah untuk agama islam ini, namun segala puji bagi Allah yang telah memberi karunia kepada kita dengan memelihara kitab suci yang menjadi penjelas diantara kita dan para pendusta.
Dan dengan Firman Nya yang berbunyi
Artinya: "Dan Tiadalah yang diucapkannya itu (Al-Quran) menurut kemauan hawa nafsunya".
Sedangkan apa dihembuskan syaitan adalah seburuk-buruknya sesuatu yang diriwayatkan. Sehingga, bagaimana mungkin nabi mengucapkan hal ini ataupun nabi mengucapkan sesuatu yang menyebarkan keraguan dalam wahyu?! sebagaimana yang dikehendaki orang-orang dungu itu. Semoga Allah menjeratkan tipu muslihat itu di leher mereka.
Keterangan yang terdapat dalam kitab shahih tentang sujud itu sebagaimana yang diriwayatkan oleh Abdullah ibnu Mas'ud: "sesungguhnya nabi saw. membaca surat an-Najm kemudian sujud dan orang-orang yang bersamanya juga sujud tetapi ada satu orang yang mengambil segenggam kerikil lalu ia letakkan pada keningnya dan berkata 'ini cukup bagiku', setelah itu saya (Ibn Mas'ud) melihat orang itu dibunuh dalam keadaan kafir".
Dari keterangan itu, tidak menunjukkan bahwa orang-orang yang sujud bersama nabi adalah orang-orang musyrik, bahkan dari perkataan Ibn Mas'ud "setelah itu saya (Ibn Mas'ud) melihat orang itu dibunuh dalam keadaan kafir” memberi arti bahwa orang itu telah beriman kemudian saya melihat dia murtad (keluar dari Islam). Hal seperti ini merupakan dampak dari sebagian orang yang lemah hatinya, mereka kufur karena tidak sanggup lagi menanggung penindasan. Diantara mereka adalah Ibnu Umayyah ibn Kholaf".
Ketika orang-orang muslim kembali ke Makkah, mereka bisa tinggal di sana apabila ada yang melindungi. Abu Salamah berlindung kepada pamannya, Abi Thalib dan Utsman ibn Madh'un kepada Walid ibn Mughirah. Namun Utsman mencabutnya setelah melihat apa yang diperbuat Walid terhadap orang-orang Islam. Dia tidak sampai hati hidup nyaman sedang saudara-saudaranya seiman dalam penderitaan (disiksa).
PEMBUATAAN PERJANJIAN DAN PEMBOIKOTAN
Pada saat itu agama islam semakin menyebar, dan dikenal oleh penduduk Arab. Selai itu, Islam bertambah kuat dengan masuk islamnya sahabat Hamzah ra dan Umar ra. Sedangkan utusan Quraisy, ‘Amar Ibnu Al-‘Ash beserta ‘Abdullah ibn Abi Umayyah telah kembali dari Habasyah dengan tangan hampa, mereka berdua diutus kaum Quraisy untuk datang ke negara Habasyah, agar raja Najasyi mengembalikan kaum muslimin ke Makkah, namun Raja Najasyi tidak memenuhi permintaan mereka. Bahkan memberikan perlindungan kepada kaum muslimin.
Saat kafir Qurais sudah kehabisaan cara untuk menghentikan Nabi saw, mereka mencoba untuk mempengaruhi keturunan Abdi Manaf – yang dalam keturunan tersebut memasukkan Rasulullah saw.– dengan menawarkan Diyat yang berlipat ganda jika mereka mau menyerahkan Nabi Saw. Namun, harapan mereka gagal ketika keturunan Abdi Manaf menolaknya.
Kaum Quraisy mencari jalan lain. mereka berusaha merayu Abu Thalib agar menyerahkan Nabi Saw. Mereka akan memberikan pemuda-pemuda pilihan pada Abu Thalib agar dijadikan anak angkat. Lagi-lagi usaha mereka hampa.
Abu Thalib berkata "Alangkah aneh kalian ini. kalian akan memberikan anak-anak kalian kepadaku agar aku merawatnya, sementara aku harus menyerahkan putra saudaraku untuk kalian bunuh?".
Melihat keadaan yang semakin menyulitkan mereka, Bahkan mereka tetap saja menyalahkan bahwa Muhammadlah biang kerok rusaknya anak dan istri-istri mereka, akhirnya mereka sepakat untuk membunuh Muhammad dengan berbagai cara diantaranya mengumumkan kesepakatan ini pada kaumnya, namun kalangan bani Hasyim serta bani Mutholib menolaknya, bahkan mereka sepakat untuk melindung nabi, baik yang muslim ataupun yang kafir.
Setelah orang-orang kafir mengetahuinya, kaum Quraisy membuat ketentuan-ketentuan terhadap bani Hasyim dan bani Mutholib di perkampungan Bani Kinanah -lembah yang berkerikil-, serta mengusir mereka dari Makkah.
Isi kesepakatan itu adalah" Kaum Quraisy tidak akan menikahkan putera mereka dengan putri Bani Hasyim dan Bani Mutholib, begitu pula sebaliknya. Kaum Quraisy tidak akan menjual dan membeli apapun pada Bani Hasyim maupun pada Bani Mutholib. Kaum Quraisy tidak akan berkumpul dengan Bani Hasyim dan Bani Mutholib. Kaum Quraisy tidak akan mau berdamai selamanya dengan Bani Hasyim dan Bani Mutholib. Kaum Quraisy tidak akan bersikap ramah kepada Bani Hasyim maupun Bani Mutholib",
Setelah mereka sepakat, kemudian ketentuan tersebut ditulis dalam selembar kertas yang kemudian disimpan dan digantungkan di dalam Ka’bah.
Penulis perjanjian ini tidak ada kata sepakat dari para ulama', menurut Ibnu Katsir dan Ibnu Ishaq, surat perjanjian ini ditulis oleh Manshur bin Ikrimah(EF5H1 (F 9C1E)) bin Amir bin Hasiym ibn Abdi Manaf bin Abdi Ad-Dar Ibn Qushai. Namun menurut Ibnu Hisyam perjanjian itu ditulis oleh an-Nadlr ibn al- Harits, sedangkan menurut al-Waqidi perjanjian itu ditulis oleh Tolhah ibn Abi Tholhal Abdi ad-Dar.
Dalam satu riwayat di jelaskan, bahwa setelah menulis perjanjian itu, jari tangan penulisnya menjadi lumpuh setelah dido'ak oleh Rasulullah. kejadian semacam itu membuat kaum Quraisy heran, mengapa semua ini bisa terjadi?!!!.
Perjanjian ini terjadi pada awal bulan Muharom, tepatnya pada tahun ke tujuh dari kenabian. Dan Perjanjian ini akan terus berlaku, hingga Bani Hasyim dan Bani Mutholib menyerahkan Muhammad untuk dibunuh.
Melihat tindakan mereka, Abu Tholib segera mengumpulkan seluruh Bani Hasyim dan Bani Mutholib, agar mereka mengamankan Nabi Saw kesebuah lembah(as-Sy'ub:'D49() milik mereka dan melindunginya dari orang-orang yang hendak membunuhnya.
Panggilan Abu Tholib disambut baik oleh semua bani Hasyim dan Bani Mutholib, baik yang sudah memeluk islam ataupun yang masih beragama kafir, kecuali Abu Lahab ibn Abdul Mutholib, ia pergi memisahkan diri dan bergabung dengan kaum Quraisy.
Pendiriannya tersebut bertambah kuat ketika suatu hari, ditengah perjalanan Abu Lahab bertemu dengan Hindun binti 'Utbah bin Robi'ah. Abu lahab bertanya kepadanya Ya binta Utbah, Bagaimana menurut pendapatmu, apakah sepatutnya aku menolong berhala Lata dan Uzza dan memusuhi mereka ? . Hindun menjawab: ya, semoga Allah memberikan balasan yang terbaik kepadamu wahai Aba ‘Utbah “.
Bani Hasyim dan Bani Mutholib yang sudah memeluk islam, melakukan semua pengorbanan ini semata-mata karena iman dan yakin akan kebenaran islam, dan yakin bahwa Nabi Muhammad Saw adalah untusan Allah swt. sehingga mereka rela mengorbankan apa saja demi membela keimanan dan keyakinan ini. Sedangkan yang masih kafir rela mengorbankan harta dan jiwanya untuk membela Nabi Saw, karena dalam keyakinan mereka, Muhammad tidak lain adalah putra Abdullah, kerabat mereka sendiri, walaupun mereka belum yakin bahwa Muhamad adalah seorang Nabi dan utusan Allah swt.
Rasa kekeluargaan inilah yang mendorong mereka untuk membela mati-matian. Memang di masa jahiliyah mereka sangat membina persatuan di antara kabilah, apalagi diantara keluarga.
Menurut Ibn Ishaq: Bani Hasyim dan Bani Mutholib bertempat di kediaman Abu Tholib selama dua tahun atau tiga tahun. sedangkan menurut Musa Ibn ‘Uqbah, mereka bertempat selama tiga tahun. Dalam masa-masa itu mereka hidup sengsara dan kelaparan, karena bahan makanan tidak bisa sampai pada mereka kecuali dengan sembunyi-sembunyi.
Selain itu, Quraisy juga melakukan pemboikotan pasar-pasar, sehingga mereka tidak menyisahkan makanan untuk bani hasyim dan bani Mutholib. Setiap ada bahan makanan masuk kemakkah yang dibawa oleh pedagang-pedagang, maka kaum Qurais segera memborongnya. Mereka bermaksud agar bisa membunuh nabi dengan cara seperti ini.
Dalam satu riwayat dijelaskan, bahwa Abu Jahal pernah bertemu dengan Hakim ibn Hizam bin khuwalid, keponakan Khodijah dari Bani Asad. Hakim ibn Hizam bin khuwalid bersama pembantunya hendak membawa gandum ke bibiknya ditempat pemboikotan. Abu Jahal mencegahnya seraya berkata “demi Allah!, saya akan mempermalukanmu dihadapan kaum Quraisy”.
Pada saat itu, tidak sengaja Abu al- Buhkturi ibn Hisyam tiba di tempat itu, dan melihat mereka. Abu al- Buhkturi ibn Hisyam berkata “ada apa dengan kalian?”. Abu Jahal menjawab “Hakim ibn Hizam akan membawa makanan kepada bibi-nya!”. Abu al Bukhturi berkata pada Abu Jahal “Apakah kau akan menghalanginnya?, lepaskan dia!“ tambah Abu al- Buhkturi.
Abu Jahal tidak menghiraukan perintah Abu al- Buhkturi agar melepaskan Hakim ibn Hizam bin khuwalid. Abu al Buhkturi marah, ia memukul dan menginjak Abu Jahal hingga terluka. Kejadian itu dilihat oleh Hamzah ra.
Selama pemboikotan, siang malam Nabi Muhammad saw selalu berdo’a untuk kaumnya, baik Secara samar ataupun terang-terangan. Sementara Abu Tholib selalu melindungi Nabi Saw dari kaum Quraisy. Dia mempunyai siasat khusus untuk mengamankan beliau dari para penyusup yang mungkin saja dikirimkan oleh kaum Quraisy. Salah satu caranya adalah: Pada saat orang-orang bersiap tidur, Abu Tholib memerintahkan Nabi untuk tidur bersama mereka, agar kalau ada orang yang hendak membunuh Nabi dengan cara licik maka Abu Tholib mudah memastikan posisi beliau tidur. Setelah memastikan semua tertidur, Abu Tholib memerintahkan salah satu putera beliau atau terkadang putra saudaranya atau putra pamannya untuk menggantikan posisi tidur beliau Nabi dan Nabipun pindah ke tempat tidur yang lain, bisa jadi ke tempat tidur Abu Tholib atau tempat anak-anaknya. Siasat yang di jalankan Abu Tholib menunjukkan betapa besar rasa cintanya pada Nabi Muhammad saw dan kewaspadaannya atas segala sesuatu yang menimpa beliau nabi.
Dikisahkan bahwa selama pemboikotan, kaum muslimin sangat sengsara. hal ini terbukti, bahwa penduduk Makkah yang berada diluar persembunyian, hampir setiap malam mendengarkan suara rintihan anak-anak kecil yang kelaparan. Sehingga membuat seseorang yang mengetahui hal itu tidak tega.
Bani Hasyim tinggal tempat pemboikotan sekitar tiga tahun lamanya, dengan penuh cobaan dan kesulitan. Tidak ada makanan yang dapat mereka peroleh kecuali denga cara sembunyi-sembunyi.
HIJRAH KE HABASYAH YANG KE DUA
Hijrah ini bermula ketika terdengar ditelingga orang-orang muslim yang berada di Habasyah, bahwa orang-orang kafir Quraisy yang dulunyanya kafir, keras dan senantiasa menyikas mereka, sudah memeluk agama islam. Setelah mereka kembali ke Makkah, ternyata keadaan tidak demikian, melainkan mereka seperti yang dulu, bahkan penyiksaan yang mereka lakukan lebih parah dari sebelumnya, dengan adanya pemboikotan secara menyeluruh. Setelah kembalinya mereka diketahui oleh beliau Nabi, dan mereka(Muhjirin) mengetahui bahwa kabar selama ini mengenai islamnya penduduk Makkah tidak benar, maka mereka meminta kepada izin kepada beliau nabi untuk hijrah kembali ke Habasyah yang kedua kalinya. Dalam Hijrah yang kedua ini jumlahnya lebih besar dari Hijrah sebelumya.
Jumlah kaum muslim yang mengikuti hijrah kali ini sekitar 83 laki-laki dan 18 perempuan. Diantara mereka adalah Ja'far bin Abi Tholib berserta istrinya, Asma' binti Umais, Miqdad bin al-Aswad, Abdullah ibn Mas'ud dan Abdullah ibn Jahsy beserta istrinya, Ummu Habibah binti Abi Sufyan. Sesampainya di sana mereka bertetangga dengan orang-orang yang yang berada di negara yang berada di arah negara Yaman, mereka kaum Asy'ariyun (Abu Musa dan anak keturunan pamannya)mereka memberika perlindungan kepada agama mereka, selain itu mereka bisa melakukan ibadah kepada Allah tanpa ada yang menyakiti dan tak terdengar pula orang-orang yang membenci mereka
Ketika kafir Quraisy mengetahui akan hal itu, mereka mengutus Amr ibn Ash(9E1H (F 9'5) dan Imarah ibn al- Walid(9E'1) (F HDJ/) dengan membawa hadiah untuk raja Najasyi agar mau menyerahkan kaum muslimin. Hadiah tersebut berupa barang-barang mewah negara Makkah, dan lauk- pauk dalam jumlah yang sangat banyak, dan mereka berdua membawa amanat dari orang-orang kafir quraisy bahwa ia tidak boleh berbicara sebelum menyerahkan hadiah itu. Kemudian mereka berangkat, dan ketika memasuki kawasan Habsyi mereka sempat bertemu dengan orang-orang muslim yang berada disana.
Sebelum menghadap raja Najusi, dua orang utusan Quraisy sempatpula bertemu dengan pembesar kerajaan untuk menyampaikan hadiah dari Makkah, hadiah pun mereka berikan serta meminta kepada pembesar istana untuk membantu mereka untuk menasihati raja agar kaum muslimin bisa dikembalikan kenegara asalnya. Mereka berkata: "bahwasanya ada beberapa orang dari negara kami yang bodoh-bodoh, yang meminta perlindungan kepada negara raja, mereka adalah orang-orang yang memisahkan diri dari agama kaum mereka, bahkan mereka membawa agama sendiri yang kami taubahkan kalian tidak mengetahui”. Pembesar istana akhirnya menyetujuinya.
Lantas kedua utusan tersebut menemui Raja, dan sujud kepadanya. Lantas Hadiah mereka diberikan kepada raja, seraya mereka berdua berkata: "bahwasanya ada beberapa orang dari negara kami yang bodoh-bodoh, yang meminta perlindungan kepada negara raja, mereka adalah orang-orang yang memisahkan diri dari agama kaum mereka, bahkan mereka membawa agama sendiri yang kami atau bahkan kalian tidak mengetahui, dan kami diutus oleh pemuka kaum kami, termasuk didalamnya bapak dan paman-paman mereka, untuk menarik kembali mereka ke negaranya, dan mereka(orang-orang quraisy) lebih mengetahui keadaaan orang-orang yang hijrah, termasuk perbuatan jelek yang pernah mereka lakukan."
Para pembesar kerajaan berkata ”benar apa yang dikatakan dua utusan itu, sebab yang paling mengetahui keadaan orang-orang yang hijrah adalah qoumnya sendiri, olehkarena itu, serahkan mereka kepada dua orang utusan ini". Lantas raja bertanya ”dimanakah mereka saat ini?”. “Mereka berada di negara tuan” Jawab dua utusan. Raja berkata ”saya tidak memberikan mereka kepada dua utusan itu, sama sekali tidak saya serahkan orang-orang meminta perlindungan kepadaku, telah datang ke negaraku, telah memilih negaraku sebagai singgahan tidak yang lain, sampai aku undang mereka, lantas aku tanya mereka tetang apa yang dua utusan katakan, seandainya seperti apaya dikatakan oleh dua utusan, maka akan aku serahkan dan aku kembalikan ke kaumnya, namun seandainya tidak maka tidak aku serahkan kepada mereka berdua".
Kemudian raja mengirim utusan untuk menemui para sahabat nabi dan mengajak untuk mengahap raja. Setelah utusan raja datang, mereka berkumpul berkata satu sama lain ”apa yang akan kita sampaikan kepada laki-laki itu(raja), ketika kita menemuinya?”. Sebagian ada yang berkata ”kita akan menjawab apa adanya sessuai apa yang kita kitahui dan Rasulullah perintahkan". Lantas Ja’far bin Abi Tholib angkat bicara ”saya yang akan menjadi juru bicara kalian hari ini”.
Menghadaplah Ja’far serta rombongan seraya mengucapkan salam, namun mereka berkata ”mengapa kalian tidak sujud kepada raja?”. Ja’far menjawab ”kami hanya menyembah Allah SWT”. Raja berkata ”sebenarnya agama apa yang berbeda antara agama kaum kalian sehingga kalian tidak mau masuk kedalam agama ku, dan tidak pula dengan sekian agama yang pernah ada?”. Ja’far menjawab ”kami dulunya adalah orang-orang Jahiliyyah, yang menyembah berhala, memakan bangkai, melakukan perbuatan tercela, memutus sanak keluarga, berkelakuan jelek kepada tetangga, serta mengalahkan yang lemah, dan kami senantiasa melakukan perbuatan itu, sampai suatu ketika Allah mengirim utusan dari golongan kami, yang telah kami ketahui nasabnya, kejujuranya, sifat amanatnya, dan terjaganya dari hal-hal yang tidak benar, lantas utusan tersebut mengajak kami untuk menyembah Allah dan mengesakanNya dan membuang semua bentuk berhala-berhala, serta melarang kami melakukan hal-hal yang tidak benar, kemudian kami membenarkan dan mengimani utusan tersebut serta mengikutinya dan melakukan apa yang diperintahkan oleh Allah, namun qoum kami ternyata memusuhi kami, menyiksa dan memfitnah agama kami, supaya kami kembali kepada agama mereka yakni menyembah berhala dan melakukan segala larangan-larangan Allah, ketika mereka memaksa kami, menyiksa, serta menghangi kami untuk melakukan ajaran agama kami, maka kami mengasingkan diri ke negara tuan, dan hanya negara tuan yang kami pilih dan kami menyukai untuk bermukim disini dengan harapan kami mendapat perlidunganmu wahai raja”.
Kemudian raja berkata kepada Ja’far ”apakah ada sesuatu yang dibawa . Lantas Ja far berkata ya . Lantas raja berkata bacakan kepada ku . Lalu Ja far membacakan CGJ95 (surat Maryam), Raja Najasy menangis sampai jenggotnya basah, dan para Uskup raja juga menangis sampai membasahi mushaf mereka ketika mereka mendengar surat yang dibacakan, kemudian raja berkata kepada Ja'far "sesungguhnya apa yang telah dibacakan tadi dengan apa yang dibawa oleh Musa dikeluarkan dari sumber yang sama".
Kemudian Najasy berkata kepada 'Amr "apakah kalian dijadikan budak oleh mereka?". "Tidak" jawab 'Amr. "Apakah mereka memiliki hutang kepada kalian?". "Tidak" jawab Amr. Lantas raja Nasy berkata:" pergilah kalian berdua, demi Allah saya tidak akan menyerahkan menyerahkan mereka kepada kalianm dan tidaklah kalian mendekatinya".
Ketika mereka berdua telah pergi, Amr bin 'Ash berkata "Demi Allah saya akan mendatangi mereka esok hari, dengan membawa sesuatu yang bisa memusnahkan tanaman mereka(orang-orang islam)". 'Imaroh berkata "jangan lakukan itu, meskipun mereka(Orang islam) menentang kita, karena mereka punya orang-orang yang mengasihi mereka". Kemudian Amr bin 'Ash berkata "Demi Allah, saya akan mengatakan kepada raja bahwa mereka(orang islam) memiliki anggapan bahwa Isa bin Maryam hanya seorang hamba".
Kemudian suatu saat Amr bin 'Ash mendatangi raja dan berkata" Wahai raja, orang-orang islam telah berkata sesuatu yang aneh tantang Isa." Lantas raja bertanya-tanya tentang apa yang sebernarnya mereka katakan. Kemudian raja Mengirim utusan kepada mereka(orang yang hijrah) untuk menanyakan hal itu. Lantas mereka berkumpul, tidak seperti biasanya, dan bergumam satu sama lain "apa yang kalian katakan, ketika kalian ditanya mengenai Isa bin Maryam". Mereka sepakat untuk menjawab sesuai dengan apa yang difirmankan oleh Allah dan sesuai yang telah disabdakan oleh Nabi. Dan Ja'far bersedia untuk menjadi juru bicara. Ketika mereka memasuki istana raja sedang dudukm semntara Amr bin Ash berada di sebelah kanan raja dan 'Umaroh berada disamping kirinya dan para pendeta duduk berbaris.
Kemudian raja berkata kepada Ja'far dan para sahabatnya "apa komentar anda terkait dengan Isa bin Maryam?" lantas Ja'far berkata:" Kami akan menjawab sesuai dengan keterangan dari Nabi Kami, Isa bin Maryam dalah hamba Alllah serta Rasul Allah Ruh Allah dan Kalimatullah yang disampaikan kepada Maryam sang perawan suci".
Lantas Najasyi memukul tanah seraya mengambil sebatang pohon, lantas berkata "Isa bin Maryam tidak akan beda jauh dengan apa yang engkau katakan layaknya dahan pohon ini, wahai para pendeta". Disekitar raja terlihat para pemgawal istana terlihat mendengus, sementara raja meneruskan "walaupun kalian mendengus". Kemudian ia berkata "selamat datang kalian di negara kami, saya bersaksi bahwa ia(Muhammad) dalah utusan Allah, dan beliau adalah sosok seperti yang terdapat didalam Injil, ia adalah seperti yang diberitakan (sebagai kabar gembira) oleh Isa bin Maryam, bertempatlah sesuka kalian, demi Allah apabila saya bukan seorang raja, maka niscaya saya akan mendatanginya, bahkan saya akan rela membawa dua sandalnya". Kemudian Raja memerintahkan mereka membawa makanan dan pakaian, lantas memerintahkan mereka pergi ke penjuru negaranya dengan selamat.
Mereka berdua pulang dengan tangan hampa, bahkan mendapat hinaan dari raja Najasyi, karena sang raja telah berjanji akan memberikan perlindugan pada kaum yang meminta perlindungan pada dirinya.
**Sumber tulisan:
Buku "Lentera Kegelapan"
Sejarah Kehidupan Nabi Muhammad Saw
Karya Legendaris Siswa Tamatan Lirboyo 2010
0 Comments